

Sebagai Allah Pencipta langit dan bumi, Yesus dilahirkan di kandang Domba yang hina, seharusnya Anak Raja lahir di Kerajaan dengan kemuliaan. Apa makna teologis menurut catatan kitab suci terhadap kelahiran Yesus Kristus
Jakarta, legacynews.id – Kelahiran Yesus Kristus dicatat dalam Alkitab Kristen, khususnya di Injil Matius dan Lukas. Kedua Injil tersebut menceritakan kelahiran Yesus dengan sudut pandang yang berbeda, tetapi dengan kejadian yang sama. Sebagai Anak Allah yang Maha Kuasa, Yesus dilahirkan di tempat yang sangat sederhana, yaitu di kandang domba di Betlehem. Hal ini tampaknya bertentangan dengan harapan manusia bahwa seorang raja atau tokoh besar akan lahir dalam kemegahan dan kemuliaan. Namun, justru dalam kesederhanaan dan kerendahan hati inilah terdapat makna teologis yang mendalam yang perlu kita gali lebih lanjut.
Kelahiran di Kandang Domba
Kelahiran Yesus di kandang domba melambangkan kerendahan hati dan kesederhanaan. Dalam peristiwa ini, Yesus menunjukkan bahwa kerajaan Allah tidak didasarkan pada kekayaan materi atau status sosial, melainkan pada nilai-nilai rohani dan moral. Kerendahan hati Yesus ini menjadi teladan bagi umat manusia untuk tidak terjebak dalam kesombongan dan materialisme.
Dalam tradisi Yahudi, domba sering kali dikaitkan dengan korban persembahan di Bait Allah. Kelahiran Yesus di kandang domba dapat dilihat sebagai simbol bahwa Ia adalah Anak Domba Allah yang akan mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa umat manusia. Ini menghubungkan kelahiran Yesus dengan tradisi Mesianik yang menantikan kedatangan seorang Mesias yang akan membawa keselamatan.
Perjanjian Lama mengandung banyak nubuat yang merujuk pada kedatangan Mesias. Misalnya, dalam Mikha 5:2, disebutkan bahwa Mesias akan lahir di Betlehem, sebuah kota kecil yang tidak dianggap penting. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sering kali memilih hal-hal yang dianggap rendah oleh manusia untuk menggenapi rencana-Nya yang besar.
Dalam Perjanjian Baru, kelahiran Yesus di kandang domba diceritakan dalam Injil Lukas. Para malaikat mengumumkan kelahiran-Nya kepada para gembala, yang juga merupakan simbol dari kesederhanaan dan kerendahan hati. Ini menegaskan bahwa pesan keselamatan yang dibawa oleh Yesus adalah untuk semua orang, tanpa memandang status sosial atau kekayaan.
Pandangan Teolog Konservatif
Kelahiran Yesus Kristus di kandang domba adalah peristiwa yang sarat makna teologis dan simbolis dalam iman Kristen. Bagi teolog konservatif, kelahiran ini bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan penggenapan nubuat yang telah lama dinantikan. Dalam Perjanjian Lama, nabi Mikha menubuatkan bahwa Mesias akan lahir di Betlehem, sebuah kota kecil yang dikenal sebagai “Rumah Roti” (Mikha 5:2). Kelahiran Yesus di tempat yang sederhana ini menegaskan rencana Allah yang sempurna dan kesetiaan-Nya terhadap janji-janji-Nya.
Kandang domba, tempat kelahiran Yesus, memiliki makna simbolis yang mendalam. Sebagai Raja di atas segala raja, Yesus memilih untuk datang ke dunia dalam kerendahan hati, bukan dalam kemegahan istana. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak memandang status atau kedudukan, melainkan merendahkan diri-Nya untuk menjangkau semua manusia, termasuk mereka yang terpinggirkan dan terlupakan. Rasul Paulus menulis dalam Filipi 2:6-7 bahwa Yesus, meskipun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipertahankan, melainkan mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba.
Kehadiran para gembala sebagai saksi pertama kelahiran Yesus juga menegaskan pesan ini. Malaikat Tuhan menyampaikan kabar sukacita kepada para gembala, yang kemudian menjadi saksi pertama di luar keluarga Yesus. Ini menunjukkan bahwa keselamatan yang dibawa oleh Yesus adalah untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang atau status sosial.
Selain itu, kelahiran Yesus di kandang domba juga mengingatkan kita akan peran-Nya sebagai Gembala yang Baik. Dalam Injil Yohanes, Yesus disebut sebagai “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Kandang domba menjadi simbol bahwa Yesus lahir untuk menjadi korban penebusan, sebagaimana domba yang dipersembahkan dalam ibadah Yahudi.
Pandangan Teolog Progresif
Teologi progresif adalah sebuah pendekatan dalam Kekristenan yang menggabungkan pemikiran modern dengan ajaran Alkitab, sering kali menekankan aspek sosial dan etis dari peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus, termasuk kelahirannya. Dalam pandangan teologi progresif, kelahiran Yesus bukan hanya sekadar peristiwa religius, tetapi juga sebuah simbol yang kuat untuk memperjuangkan keadilan sosial dan memperhatikan mereka yang terpinggirkan.
Yesus lahir dalam kondisi yang sangat sederhana dan rendah hati, di sebuah palungan di Betlehem. Hal ini sering diinterpretasikan oleh teolog progresif sebagai panggilan untuk meneladani hidup Yesus yang penuh dengan kasih dan perhatian terhadap kaum miskin dan tertindas. Kelahiran Yesus dalam kesederhanaan ini mengingatkan umat Kristen akan pentingnya memperjuangkan relasi yang adil dan setara di masyarakat, sebagaimana ditekankan oleh John R. Donahue, S.J., dalam “Seek Justice That You May Live: Reflections and Resources on the Bible and Social Justice” tentang keadilan.
Teologi progresif juga menekankan pentingnya cinta kasih dan penerimaan tanpa syarat, yang sejalan dengan ajaran Yesus tentang kasih universal. Dalam konteks ini, kelahiran Yesus dilihat sebagai momen yang menginspirasi umat manusia untuk melampaui batas-batas sosial dan budaya, serta untuk menghargai pluralisme dan inklusivitas. Ini berarti bahwa umat Kristen diajak untuk tidak hanya merayakan kelahiran Yesus sebagai peristiwa sejarah, tetapi juga sebagai panggilan untuk bertindak dalam memperbaiki ketidakadilan sosial yang ada di sekitar mereka.
Dengan demikian, teologi progresif mengajak umat Kristen untuk melihat kelahiran Yesus sebagai lebih dari sekadar perayaan religius. Ini adalah kesempatan untuk merenungkan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Yesus, terutama dalam hal keadilan sosial dan perhatian terhadap mereka yang terpinggirkan. Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh tantangan ini, pesan kelahiran Yesus menurut teologi progresif tetap relevan dan mendesak untuk diwujudkan dalam tindakan nyata..
Kelahiran Yesus Kristus di kandang domba mengandung makna teologis yang mendalam. Ini mengajarkan kita tentang kerendahan hati, kesederhanaan, dan kasih Allah yang melampaui batas-batas manusia. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa keselamatan dan kasih karunia Allah tersedia bagi semua orang, tanpa memandang status atau kekayaan. Sebagai umat Kristen, kita dipanggil untuk meneladani kerendahan hati Yesus dan menyebarkan kasih-Nya kepada sesama.
Dengan memahami makna teologis dari kelahiran Yesus Kristus, kita dapat lebih menghargai peran-Nya dalam sejarah keselamatan dan bagaimana kita dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pro Ecclesia Et Patria
Antonius Natan | Dosen STT LETS | Fasilitator Bapa Sepanjang Kehidupan
Leave a Reply