Maskot Hara dan Wara Simbol Pantang Menyerah dan Mandiri

/script>

Kasuari mencerminkan motivasi hidup pantang menyerah dalam situasi apa pun, bertanggung jawab, mandiri, dan kecepatan untuk merespons setiap peluang dan kesempatan.

Jakarta, legacynews.id – Keberadaan maskot dalam setiap perhelatan olahraga ibarat sayur kurang garam. Sebesar apapun kegiatan olahraga itu digelar jika tidak disertai kehadiran maskot sebagai sosok pengingat, maka serasa ada yang hilang. Di dunia olahraga sendiri tradisi memakai maskot sudah ada sejak 1966 silam. Ketika itu akan digelar putaran final Piala Dunia cabang sepak bola di Inggris.

Agar kegiatannya lebih semarak dan mampu mengundang banyak sponsor, Panitia Pelaksana Piala Dunia 1966 memutuskan untuk membuat semacam penanda kegiatan berupa maskot. Syaratnya, maskot itu harus berbentuk hewan dan terpilihlah sosok singa, mewakili julukan tim nasional Inggris, The Three Lions.

Sosok maskot berbentuk singa diciptakan Reg Hoye, ilustrator buku cerita anak-anak karya novelis kenamaan Inggris, Enid Blyton. Hoye membuatnya pada Juli 1965 dan menamai maskot karyanya sebagai Willie. Itu diambil dari nama Direktur Administrasi Piala Dunia 1966, EK “Willie” Wilson. Demikian dituturkan Amy Lawrence dalam bukunya, 1966 and Not All That.

Sejak itu, setiap perhelatan putaran final Piala Dunia selalu menghadirkan sosok-sosok maskot yang umumnya diambil dari hewan-hewan endemik di negara bersangkutan. Tercatat sudah ada 15 hewan dan sosok unik lain dijadikan maskot Piala Dunia.

Ide menampilkan maskot ini pun menjalar hingga ke ajang Olimpiade dan perhelatan olahraga lainnya di seluruh belahan dunia, bahkan hingga hari ini. Sejak 1990-an, maskot tak hanya sekadar pemanis pada perhelatan olahraga saja.

Tetapi ia sudah disesaki oleh berbagai makna kehidupan yang menyertainya. Entah maskot itu berupa hewansudah sangat langka dan hampir punah atau berupa tokoh rekaan mewakili semangat cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan.

READ  SDM Kreatif dan Inovatif Menjawab Tantangan Ke Depan

Keberadaan maskot pun ikut menyemarakkan Pekan Paralimpik Nasional 2021 di Papua. Seperti juga Pekan Olahraga Nasional (PON) yang digelar beberapa pekan sebelumnya di Bumi Cenderawasih, Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI di Papua ikut mengangkat satwa endemik sebagai latar belakang maskot.

Jika pada PON Papua, burung cenderawasih (Paradisaeidae) dan kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus) dijadikan maskot bernama Drawa dan Kangpho, maka untuk Peparnas yang akan berlangsung pada 2-15 November 2021, dipilih satwa burung kasuari. Satwa bernama Latin Casuarius ini dipilih karena mencerminkan motivasi hidup pantang menyerah dalam situasi apa pun, bertanggung jawab, mandiri, dan kecepatan untuk merespons setiap peluang dan kesempatan.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*