Menag Kukuhkan Sembilan Kiai Terpilih Menjadi Majelis Masyayikh

/script>

Jakarta, legacynews.id – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan keberadaan Majelis Masyayikh bentuk dari rekognisi negara terhadap kekhasan pendidikan pesantren melalui proses penjaminan mutu yang dilakukan dari, oleh, dan untuk pesantren. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.

Ia menegaskan, ini bukan bentuk intervensi  negara terhadap pesantren. Sebaliknya merupakan bentuk kehadiran negara. “Penetapan Majelis Masyayikh ini cukup lama. Karena saya memastikan tidak ada peluang intervensi negara. Saya tidak menginginkan UU Pesantren dan turunannya menjadi peluang intervensi,” ungkap Menag Yaqut usai mengukuhkan sembilan Kiai yang terpilih menjadi Majelis Masyayikh, Kamis (30/12/2021).

Menurutnya, pesantren merupakan lembaga independen yang tidak boleh mendapatkan intervensi dari pihak manapun, termasuk negara.

“Saya menjamin dalam pelaksanaan UU Pondok Pesantren ini kita harus menutup semua peluang intervensi negara terhadap pesantren. Pesantren adalah lembaga yang independen,” ujar  Menag.

“Pemerintah harus hadir dalam (pengembangan) pesantren. Tetapi negara tidak boleh mengintervensi,” imbuhnya.

Mekanisme pemilihan Majelis ini, lanjut Gus Yaqut, dilakukan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) yang berasal dari unsur pemerintah, dan asosiasi pesantren berskala nasional.

“Proses panjang telah dilakukan untuk dapat menetapkan anggota Majelis Masyayikh, dimulai dari pembentukan AHWA, penjaringan calon, sampai akhirnya mereka yang dipilih berdasarkan rumpun ilmu agama Islam,” jelas Gus Yaqut.

Rumpun ilmu agama Islam mencakup: Al-Qur’an dan ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Ilmu Tafsir, Hadis dan Ilmu Hadis, Fikih dan Ushul Fikih, Akidah dan Filsafat Islam, Tasawuf dan Tarekat, Ilmu Falak, Sejarah dan Peradaban Islam, serta Bahasa dan Sastra Arab.

“Selaku Menteri Agama, saya berpandangan bahwa ini adalah hasil terbaik dari ikhtiar kita semua, teriring harapan yang disematkan kepada anggota Majelis Masyayikh yang terpilih untuk dapat membawa Pendidikan Pesantren menjadi makin unggul dalam menjawab tantangan zaman,” sambung Gus Yaqut.

READ  Toleransi Beragama di Indonesia: Perspektif Ganjar Pranowo

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*