Mengejar Prestasi Dari Olimpiade Hingga PON Papua

/script>

PON Papua ternyata masih menjadi ajang bergengsi bagi para atlet yang telah malang melintang di pertandingan sekelas Olimpiade atau Kejuaraan Dunia. Sejumlah perebut medali Olimpiade dan juara dunia ikut bersaing merebut medali di Bumi Cenderawasih.

Prestasi merupakan pencapaian tertinggi bagi seorang atlet, baik di tingkat nasional, regional, dan bahkan dalam sebuah kejuaraan dunia sekalipun. Apalagi kalau atlet bersangkutan sudah bertanding pada ajang sekelas Olimpiade.

Eko Yuli Irawan adalah salah satunya. Pria kelahiran 24 Juli 1989 itu adalah jagoan cabang angkat besi dengan deretan prestasi luar biasa. Ia adalah salah satu penyumbang medali Olimpiade untuk Merah Putih.

Ia mengawali prestasinya dari Olimpiade Beijing pada 2008, ketika mempersembahkan sekeping perunggu. Tak sekali itu saja, lifter asal Metro, Lampung itu merebut medali Olimpiade. Oh iya, lifter merupakan sebutan untuk olahragawan yang berkecimpung di dunia adu kuat angkat barbel. Prestasi di Beijing tersebut diulanginya lagi di London empat tahun kemudian. Lagi-lagi lewat perunggu untuk kontingen Merah Putih.

Tren positif bagi kontingen Merah Putih tetap dia lanjutkan, bahkan meningkat dengan sekeping perak di Olimpiade Rio 2016. Sekeping perak kembali ia cetak di Olimpiade Tokyo 2020 dari kelas 61 kilogram putra.

Hasil gemilang pada empat Olimpiade tersebut membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) memasukkan Eko ke dalam daftar legenda perebut medali angkat besi bersama lifter legendaris Yunani Pyrros Dimas. Eko di urutan kedua, lalu si Dimas menjadi pionirnya.

Kendati memiliki sederet prestasi berkelas Olimpiade, rupanya Eko masih berkeinginan turun di Pekan Olahraga Nasional 2021 di Papua, 2–15 Oktober 2021. Di Bumi Cenderawasih ini, Eko akan turun di kelas favoritnya, 61 kg dan mematok target emas serta mencetak rekor PON. Ia ingin menembus total angkatan 302 kg, meski hanya sampai angkatan 300 kg pun sudah cukup baginya untuk menyabet emas di Papua.

READ  PON Papua Beri Dampak Pemulihan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Di kelas 61 kg ini Eko relatif tidak memiliki rival walaupun ia senang jika harus bersaing dengan para yuniornya. Untuk PON Papua, ia akan membela kontingen Jawa Timur. Ia terakhir kali merebut emas pada PON Kalimantan Timur, 2008 silam, di kelas 56 kg.

Selain Eko, para yuniornya yang ikut ke Tokyo pun akan turun berlaga di Papua. Misalnya, Rahmat Erwin Abdullah, perebut perunggu Olimpiade Tokyo lalu. Mewakili kontingen Sulawesi Selatan, lifter yang 13 Oktober mendatang genap berusia 20 tahun itu akan turun di kelas 73 kg dan menargetkan sekeping emas.

Tekad serupa dicanangkan lifter putri cantik, Windy Cantika Aisyah, juga penyumbang perunggu Olimpiade Tokyo. Mojang Bandung kelahiran 11 Juni 2002 itu membidik emas di kelas 49 kg untuk ia persembahkan bagi kontingen Jawa Barat. Seolah tak mau kalah, lifter tangguh asal Nanggroe Aceh Darussalam, Nurul Akmal, juga akan tampil mewakili Serambi Mekah di Papua.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*