

Sejauh mana Orang-orang Percaya Yesus Kristus yang menjadi pejabat tinggi negara atau partai politik menjadi terang dan garam bagi dunia ? Rasul Paulus menulis dalam 2 Timotius 3: 17: Dengan demikian, tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Kita percaya Alkitab adalah kebenaran sejati dan yakin bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berbuat baik. Jika seorang Kristen melakukan tindakan merugikan orang lain, kita bisa meyakini manusia tersebut sedang memakai topeng Orang Baik. Wajah aslinya berbeda, bisa-bisa telah berubah menjadi “wajah setan alias bapa pembohong”.
Sistem sangat kuat memengaruhi sehingga membentuk budaya. Akibatnya, “manusia kepunyaan Allah” dapat menjelma bertentangan dengan Sang Pencipta. Perlu solusi mengubah sistem dan budaya yang semakin “merugikan”. Lihatlah! Saat ini Indonesia semakin “maju” di peringkat atas negara terkorup di dunia.
Sistem yang ada membentuk orang Kristen, lupa diri. Kondisi seperti ini sudah ditulis oleh Rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:1-5: Ketahuilah bahwa pada hari- hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak memedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!.
Sistem dan Whistle Blower
Melihat teks Kitab suci seperti ayat di atas, apakah berarti kita tidak bisa berbuat sesuatu agar terjadi transformasi? Jika kita melihat kenyataan radikalisasi dan berbagai gejala sejenisnya, masyarakat gundah. Ini sebagai akibat pemimpin agama-agama gagal menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Radikalisasi sesungguhnya sangat diperlukan. Perlawanan terhadap Colonial dilakukan secara radikal. Bung Karno dalam pidato “Indonesia Menggugat” mengatakan, “Kami adalah nasionalis revolusioner, nasionalis yang radikal, nasionalis kepala banteng! Kami punya bahasa adalah bahasa yang keluar dari kalbu yang berkobar-kobar dengan semangat nasional, berkobar-kobar dengan rasa kecewa atas celaka dan sengsara rakyat”
Leave a Reply