Omicron Belum Mengakibatkan Kasus Berat; Melandai Setelah 33 Hari

/script>

Insidensi serangan Omicron masih didominasi kasus impor. Ledakan Omicron di Afrika Selatan pun polanya melandai setelah 33 hari. Di Indonesia, Omicron belum mengakibatkan kasus berat.

Jakarta, legacynews.id – Pandemi menggeliat lagi. Pemerintah mengingatkan setidaknya ada tiga indikator yang menunjukkan gerak peningkatannya, yakni penambahan kasus positif aktif Covid-19, positivity rate yang meninggi, dan angka bed occupancy ratio (BOR) atau keterisian tempat tidur isolasi di RS rujukan yang makin besar. Menko bidang Marinves Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, grafik naik itu tidak lepas dari gelombang serbuan varian Omicron yang kini melanda di  seluruh dunia.

“Pencegahan Omicron tentunya tak dapat hanya dilakukan oleh pemerintah. Harus juga melibatkan peran serta masyarakat, mulai dari penegakan protokol kesehatan yang mana kita tak boleh jenuh, hingga ke penggunaan aplikasi PeduliLindungi dengan lebih baik,’’ ucap Menko Kemaritiman dan Investasi (Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan, dalam keterangan di Kantor Presiden, Jakarta, pada Senin, 10 Januari 2022, seusai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sempat merinci, kasus positif harian Covid-19 meningkat ke level 404 kasus per hari. Padahal, dua pekan sebelumnya, kasus harian sempat turun ke level 136. Kasus aktif Covid-19 per Senin 10 Januari 2022 mencapai  6.311, meningkat dari 4.655 orang per 26 Desember 2021.

Angka positivity rate (proporsi orang yang terdeteksi positif dari keseluruhan orang yang menjalani tes) juga meningkat dua minggu terakhir, dari 0,07% menjadi 0,19%.  Angka BOR pun merangkak naik 3,35% dibandingkan dua minggu sebelumnya yang 1,38%.

Per 8 Januari 2022, kasus varian Omicron mencapai 414 dengan penambahan 75 kasus baru di hari tersebut. Dari 414 kasus Omicron, 383 adalah kasus yang ditemukan dari pelaku perjalanan luar negeri (LN) yang tiba di Indonesia, dan hanya ada 31 kasus dari transmisi lokal. Positivity rate pada pelaku perjalanan LN adalah 13 persen, sedangkan di kalangan komunitas hanya 0,2 persen.

READ  Kota Parapat Berbenah Upaya Penunjang Pariwisata Danau Toba

‘’Dari sisi surveilans, itu memperkuat hipotesa kami bahwa sebagian besar kasus positif tersebut disebabkan oleh pelaku perjalanan luar negeri,’’ ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Dari aspek arus mobilitas, Menkes mencatat, kasus Omicron terbesar di Indonesia dikontribusikan oleh pelaku perjalanan dari Arab Saudi, Turki, Amerika Serikat,  dan Uni Emirat Arab. ‘’Pemerintah terus mengimbau masyarakat untuk menunda perjalanan ke luar negeri sampai situasinya mereda,’’ ujar Menkes Budi Gunadi. Varian Omicron sendiri telah terdeteksi di Indonesia sejak 15 Desember 2021.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*