

Suatu siang teman saya menelepon, ternyata putra bungsunya terkena musibah, menabrak pengendara motor yang keluar jalur dari arah berlawanan dan langsung tewas di tempat. Persoalan menjadi rumit karena putranya tersebut didapati dalam keadaan mabuk sepulang pesta bersama teman-teman kampus.
Tentu saja putranya tersebut ditahan polisi untuk dimintai keterangan. Sebagai orang tua yang tidak pernah bersentuhan dengan kantor polisi, ia menjadi panik dan khawatir. Teman ini berkata, berapa pun harga yang harus dibayar dia rela, asal anaknya dibebaskan dari segala tuntutan. Saya mengatakan sebaiknya ikuti prosedur hukum dan tentunya berdoa meminta pertolongan dan kekuatan dari Tuhan.
Teman saya rela berkorban harta agar anaknya bebas dari tuntutan dan tidak rela anaknya masuk penjara. Setelah saya renungkan perbuatan orang tua kepada anaknya, peristiwa ini memiliki kemiripan dengan pengorbanan Yesus di kayu salib untuk umat manusia.
Bapa di Surga rela memberikan darah dan nyawa anaknya agar kita beroleh keselamatan dan tidak masuk dalam api neraka. Teladan ini pula menjadi inspirasi dalam pelayanan di Marketplace (dunia usaha).
Banyak sekali orang Kristen datang ke gereja mendengarkan khotbah bahwa agar kita berbuat baik, peduli terhadap sesama, berkorban dan sebagainya, tetapi pada kenyataannya tatkala berada di kantor atau dalam dunia usaha seakan pesan khotbah di gereja tidak relevan dan sulit diterapkan.
Dalam dunia usaha siapa cepat dia dapat, siapa yang memiliki siasat jitu dia yang untung. Kalau berkorban berarti mengalami kerugian. Apakah ajaran Kristiani menjadi penghalang dalam dunia usaha? Persoalannya iman selalu dikalahkan oleh logika dan filosofi.
Leave a Reply