

Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden nomor 26 tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Regulasi ini menjadi pembuka jalan pembenahan total pengelolaan olahraga nasional dari hulu hingga hilir.
Jakarta, legacynews.id – Prestasi merupakan tolok ukur penting dari karier seorang atlet sebagai buah dari hasil latihan keras tanpa kenal lelah disertai cucuran keringat. Tentu kita masih belum lupa bagaimana luapan kegembiraan para atlet Indonesia mengukir prestasi juara dalam ajang Olimpiade dan Paralimpiade di Tokyo, 23 Juli–8 Agustus serta 24 Agustus–5 September 2021.
Capaian prestasi itu tentu harus dipertahankan kendati adakalanya sebagian atlet gagal menjaganya. Memang bukan perkara mudah untuk bisa menciptakan atlet-atlet dengan raihan prestasi kelas dunia apalagi mampu mempertahankannya. Di ajang Olimpiade, misalnya, sumbangan delapan emas Indonesia sejak Olimpiade Barcelona 1992 hingga di Tokyo yang baru lalu, seluruhnya disumbangkan atlet-atlet dari cabang bulu tangkis. Tak hanya emas, para pebulu tangkis Merah Putih ikut menyumbang enam perak dan tujuh perunggu.
Kemudian masih ada cabang angkat besi yang secara rutin mempersembahkan medali perak dan perunggu bagi kontingen Merah Putih sejak di Olimpiade Sydney 2000. Total sudah ada 15 keping medali ditorehkan para lifter, sebutan untuk atlet cabang ini, bagi Indonesia di Olimpiade. Medali itu terdiri dari tujuh perak dan delapan perunggu.
Kita juga tak boleh lupa terhadap cabang panahan, pembuka jalan Indonesia dalam merebut keping demi keping medali Olimpiade. Trio srikandi panahan Indonesia yakni Nurfitriyana, Lilies Handayani, Kusuma Wardhani menjadi perebut perdana medali saat Olimpiade diadakan di Seoul, 1988 silam.
Anak-anak asuh pelatih kenamaan Donald Pandiangan itu secara mengejutkan mampu mengalahkan salah satu kekuatan panahan dunia, Amerika Serikat. Itu terjadi dalam final perebutan perak yang digelar di Lapangan Panahan Hwarang, Seoul, 1 Oktober 1988. Indonesia mencetak skor 72 poin dan AS hanya mampu mengumpulkan 67 poin. Saat itu, Lilies Handayani dan kawan-kawan membawa Indonesia sebagai kekuatan baru panahan dunia. Sayangnya, para pemanah Indonesia belum mampu mengulang prestasi seperti di Seoul.
Melihat prestasi-prestasi yang terukir di Olimpiade tadi, terlihat bahwa sumbangan medali baru dihasilkan oleh tiga cabang olahraga saja. Atlet-atlet Indonesia belum mampu berbicara lebih banyak di luar cabang bulu tangkis, angkat besi, dan panahan. Padahal dalam setiap perhelatan Olimpiade empat tahun sekali, umumnya mempertandingkan 28 cabang olahraga. Bahkan ketika diadakan di Tokyo kemarin, terdapat 33 cabang olahraga dilombakan. Setidaknya terdapat dua cabang olahraga rutin menyediakan medali dalam jumlah cukup banyak, yaitu atletik dan renang.
Kendati berpenduduk kelima terbanyak di dunia dengan 270,2 juta jiwa hasil Sensus Penduduk 2020, prestasi olahraga Indonesia di Olimpiade masih tertinggal dari Korea Selatan dan Jepang yang berpenduduk lebih sedikit. Belum lagi jika bicara mengenai persaingan raksasa-raksasa olahraga dunia, Tiongkok, Rusia, dan AS yang merupakan tiga negara berpenduduk terbanyak selain India. Atlet-atlet mereka saling bersaing merebut medali. Tiongkok dan AS pun silih berganti merebut gelar juara umum Olimpiade.
Leave a Reply