
Nyadran Makam di Desa Getas, Kaloran, Temanggung (Foto: BuddhaZine)

Hari menjelang petang saat kami memasuki Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Nun jauh di sana, mentari tampak bersiap kembali ke peraduan, diiring semburat keemasan mega di ufuk barat. Kendaraan kami terus menanjak, menyusuri kawasan perbukitan, dengan sergapan udara sore yang segar.
Sawah terhampar di sisi kiri dan kanan, sesekali ada juga kebon kopi dan ladang cabe yang sudah memasuki masa panen. Gelayut daun pohon sengon yang tumbuh besar menjulang, mengantar desir angin dan menambah kesejukan.
Kami matikan AC mobil, buka kaca jendela, lepas masker, lalu menarik nafas dalam-dalam. Udara segar dan sejuk jarang ditemui di tengah sumpek suasana pandemi perkotaan. Nyaring nyanyian Tonggeret menambah kaya harmoni yang disajikan alam raya.
Foto: BuddhaZine
Rabu, 11 Februari 2022, jelang masuk waktu Magrib, kami, Tim Ditjen Bimas Buddha, tiba di Dusun Krecek, Desa Getas. Mobil berhenti di halaman taman pendidikan anak usia dini (PAUD) yang asri. Pada sisi sudut halaman, ada joglo dengan luas sekitar 50M2, lengkap dengan altar Buddha.
Tampak sejumlah pemuda sedang bersih-bersih. Malam ini akan digelar slametan sekaligus pembukaan proses Live In Nyadran Perdamaian. Ya, sejak 2019, tradisi Nyadran dimeriahkan juga dengan Live In Nyadran Perdamaian. Nyadran adalah tradisi, Live In Nyadran Perdamaian adalah ikhtiar masyarakat dalam melestarikan tradisi Nyadran itu sendiri.
“Selamat datang semuanya,” ujar Ngasiran, salah satu aktivis Buddhist yang juga Direktur Buddhazine.com, menyambut kehadiran kami bersama sejumlah pemuda yang tengah sibuk siapkan acara.
Hujan rintik membasahi bumi Dusun Krecek saat kami berjalan ke Homebase Buddhazine.com yang juga kediaman Ngasiran. Lesehan, kami nikmati kopi dan air jahe-aren panas, khas dusun Krecek, dilengkapi sejumlah jajanan tradisional dan buah pisang yang besar-besar, sembari menunggu dimulainya acara slametan.
“Nyadran digelar oleh dua dusun di Desa Getas, Mas. Dusun Krecek yang mayoritas beragama Buddha, dan Dusun Gletuk yang mayoritas muslim. Ada juga warga dusun yang beragama Kristen,” ujar Ngasiran membuka pembicaraan sembari mempersilahkan kami menikmati hidangan.
Leave a Reply