UIN Lampung Kini Punya 23 Guru Besar

/script>

Lampung, legacynews.id – Jumlah guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung bertambah lagi. Tiga guru besar baru telah dikukuhkan oleh Rektor Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Prof. Dr. Moh. Mukri, M.Ag. dalam sidang senat terbuka yang berlangsung hari ini, Kamis (18/11/2021).

Ketiganya adalah Guru Besar Bidang Ilmu Pengembangan Kurikulum Prof. Dr. Agus Pahrudin, M.Pd, Guru Besar Bidang Ilmu Hadits Prof. Dr. Alamsyah, M.Ag, dan Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Islam Prof. Dr. Ruslan Abdul Ghofur, M.Si.

Dengan pengukuhan tiga guru besar ini, maka total ada 23 guru besar di UIN Raden Intan Lampung. “Insya Allah awal tahun 2022 ada dosen lagi yang akan dikukuhkan menjadi guru besar. Sekarang sedang proses persiapannya,” kata Mukri.

Mukri berharap, guru besar yang telah dikukuhkan bisa memberikan kontribusi untuk kemajuan lembaga. Menurutnya, jika lembaga maju, maka pendidikan juga akan maju.

Dalam pengukuhan ini, Agus Pahrudin menyampaikan orasinya mengenai dimensi peran guru dalam pengembangan kurikulum di era 4.0 sebagai bagian dari tugas dan kewajiban seorang tenaga pendidik di UIN Raden Intan Lampung.

Menurutnya, era industri 4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental, berbeda dengan revolusi industri sebelumnya. Revolusi industri generasi keempat ini memiliki skala ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas, serta kemajuan teknologi baru yang mengintegerasikan dunia fisik digital dan biologis yang telah memengaruhi semua disiplin ilmu ekonomi industri dan pemerintah.

Pendidikan era 4.0 merupakan fenomena yang merespon kebutuhan revolusi industri generasi keempat ini. Manusia dan mesin diselaraskan untuk mendapatkan solusi dalam memecahkan masalah dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi baru.

READ  Jaga Toleransi serta Kerukunan Umat Terutama di Toraja

Alamsyah dalam orasinya menyampaikan tentang nalar integrasi dalam kajian hadis nabi dalam upaya untuk meneguhkan sunah moderasi, sunah toleransi, sunah kebangsaan, dan sunah kemanusiaan.

Menurutnya, hadis hanya informasi dan cerita. Sehingga, perlu disaring dan dicari. Tidak asal dengar saja dan tidak hanya belajar dari media sosial. Tapi belajar dengan orang yang bisa.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*