Remaja Gereja Jatuh Dalam Hubungan Bebas

/script>

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) di beberapa negara berkembang menunjukkan 40% remaja putra dan 40% remaja putri umur 18 tahun sudah melakukan hubungan seks tanpa ikatan pernikahan.

Jakarta, legacynews,id –  Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, persentase remaja yang telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah: 2% untuk remaja wanita usia 15-24 tahun, 8% untuk remaja pria usia 15-24 tahun Di samping itu, 11% dari remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

Gejala hubungan bebas di kalangan remaja gereja menjadi perhatian serius dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan sosial dan budaya yang cepat, ditambah dengan pengaruh globalisasi, Sosial media dan film-film telah mempengaruhi nilai-nilai tradisional yang dipegang oleh keluarga Kristiani. Remaja Gereja seharusnya menjadi teladan dalam menjaga moralitas dan etika, namun terjebak dalam perilaku yang bertentangan dengan ajaran iman Kristen.

Pengaruh budaya terhadap perilaku remaja sangat kompleks dan beragam. Saat ini tidak hanya budaya barat yang memengaruhi, melainkan budaya timur yang didatangkan melalui drama Korea dengan penekanan pada kebebasan pribadi dan ekspresi diri. Kondisi ini dianggap sebagai salah satu faktor utama yang mendorong perilaku bebas di kalangan remaja. Media massa dan media sosial menjadi pendorong dalam membentuk persepsi remaja tentang seksualitas dan hubungan. Selain itu, lingkungan sosial, termasuk teman sebaya, sekolah dan kampus, mempengaruhi keputusan remaja untuk terlibat dalam hubungan bebas yang dianggap sebagai manusia modern.

Dalam pemahaman iman Kristiani, seks bebas dianggap sebagai pelanggaran terhadap ajaran Kitab Suci yang menekankan kekudusan dan kesakralan janji pernikahan. Saat ini gereja memiliki tanggung jawab untuk menolong dan membimbing remaja untuk memahami nilai-nilai kekristenan dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk menghindari Keputusan yang merugikan remaja.

READ  Siswa Sekolah Menengah Mempertanyakan seksualitas Mereka

Gereja Harus Bertindak

Gereja perlu mencoba berbagai cara untuk menangani pergaulan bebas di kalangan remaja.

Pertama, Memuridkan dengan menanamkan pengajaran mengenai kekudusan dan komitmen dalam pernikahan.

Kedua, Melakukan pendampingan dan mentoring pemuridan yang melibatkan orang dewasa yang dapat menjadi teladan bagi remaja.

Ketiga, Menciptakan komunitas kelompok sel yang mendukung di mana remaja merasa diterima dan didengar.

Peran pemuridan dalam gereja dan komunikasi dalam keluarga sangat penting. Orang tua harus berperan dan berfungsi serta terlibat aktif dalam kehidupan remaja, berkomunikasi, melakukan kegiatan bersama-sama, memberikan bimbingan dan dukungan yang diperlukan. Kelompok sel di gereja dan kegiatan rohani disekolah harus menjadi basis yang menyenangkan bagi remaja gereja, sehingga remaja dapat menyerap nilai-nilai moral dan etika.

Saatnya pemimpin gereja bertindak dengan menolong banyak remaja agar terhindar dari hubungan bebas. Memberikan dana untuk mengorganisir kegiatan yang positif seperti retret, ibadah padang, dan kegiatan sosial bagi remaja dan pemuda yang mendukung pengembangan karakter dan hubungan sehat.

“Pengajarannya akan mempersatukan lagi para ayah dengan anak-anaknya sehingga mereka menjadi sehati dan sepikiran, karena mereka akan tahu bahwa kalau mereka tidak mau bertobat, Aku akan datang dan menghancurkan tanah mereka sama sekali!” Maleakhi 4:6

Pro Ecclesia Et Patria

Antonius Natan | Dosen STT LETS | Fasilitator Bapa Sepanjang Kehidupan

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*