

Pilpres 2024, baru saja kita lewati, dengan dilantiknya : Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada tanggal 20 Oktober 2024. Disusul dengan Pilkada serentak 27 November 2024. Merupakan pesta demokrasi sekaligus melaksanakan kebebasan setiap individu Warganegara Indonesia untuk menentukan pilihannya.
Di kalangan umat Kristen pun, tak terpungkiri bahwa dapat terjadi perbedaan baik dalam memberikan dukungan maupun menentukan calon Kepala daerahnya. Perbedaan hendaknya dipahami benar benar bukanlah pengotakan yang akhirnya bisa merusak kesatuan dalam kehidupan di antara sesama anak bangsa.
Pada umumnya umat Tuhan, mengharapkan munculnya Pemimpin Daerah terpilih merupakan pribadi yang memiliki rasa takut kepada TUHAN, mengabdi bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini tampak melalui penyelenggaraan kegiatan agama, seperti doa bersama dan beberapa bentuk kegiatan lainnya.
Penulis mencoba membagikan pemahaman bersifat umum dalam iman Kristen. Salah seorang Tokoh dan percontohan Seorang pemimpin strategis yang efektif, Nehemia yang dipakai TUHAN pada masa pemerintahan raja Persia, Artahsasta. Pemimpin yang memiliki Kepedulian mendalam dan kasih terhadap saudara sebangsanya yang mengalami kesengsaraan. Sebuah wujud nyata seorang Pemimpin yang menduduki posisi sentral dalam Pemerintahan Ikhlas meninggalkan ‘kenikmatan kursi dan kekuasaan’ tanpa mengabaikan etika sebagaimana dalam tatanan birokrasi antara bawahan dengan atasannya. Kenyamanan yang didapatkan sebagai seorang pejabat sentral bukan hanya untuk kepuasan yang bersifat egosentris.
Nehemia merupakan salah satu contoh keteladanan seorang Pemimpin yang Ikhlas mengabdikan dirinya karena kasihnya kepada Tuhan, bangsa dan negara.
Nehemia 1:3-4 Kata mereka kepadaku: “Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.”
Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit,
NEHEMIA, sebagai seorang pejabat negara (juru minuman) pada jaman raja Artahsasta, mestinya memiliki rekam jejak serta prestasi yang tidak diragukan.
Pencapaian puncak prestasi dengan berbagai kenikmatan yang diperolehnya, bukan merupakan pencapaian akhir. Pada saat mendengar informasi tentang : Reruntuhan tembok Yerusalem, yang merupakan salah satu kebanggaan bangsa serta kehidupan sesama saudara sebangsa yang hidup dalam kesengsaraan. RASA KEPEDULIAN dan KASIH yang mendalam dari seorang PEMIMPIN setidaknya menjadi dasar serta dorongan kuat untuk melangkah, memotivasi serta memberdayakan sesama saudara sebangsa untuk memiliki komitmen dalam mengusung harkat derajat dan kesejahteraan bangsa.
Bercermin dari seorang Pemimpin, NEHEMIA. Mampu mengaktualisasikan diri dengan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Mengisi waktu dan proses pencapaian tujuan hidup yang lebih bermakna. Pribadi yang tidak menutup kemungkinan telah berada di titik puncak piramida jika merujuk kepada konsep teori kebutuhan setiap individu seperti yang dikemukakan Abraham Maslow. Pribadi yang berhasil mencapai prestasi, penghargaan diri, keamanan dan kebutuhan fisiologisnya.
Setidaknya inilah salah satu harapan dan kerinduan umat Tuhan di tanah negeri. Kemunculan Pemimpin Pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan sebuah bangsa dalam pengabdiannya, bukan hanya sekedar kepentingan individu atau golongan.
Yang perlu dipertanyakan lebih lanjut : Bagaimana peran serta dan kontribusi umat Kristen sebagai pemilih di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang pluralistis ?
Tak terpungkiri, realitas dalam kancah perpolitikan di kalangan umat Kristen sendiri belum mencerminkan : Betapa pentingnya menumbuhkan rasa persatuan di antara sesama saudara sebangsa. Meskipun pilihan bisa berbeda tetapi perlu tetap memiliki paradigma dan wawasan kebangsaan dalam bingkai persatuan dan kasih terhadap sesama.
Jika kriteria dan karakteristik yang diinginkan lahir dari seorang Pemimpin, sepertinya halnya Nehemia. Maka sedemikian pula hendaknya peran serta umat Kristen sebagai warganegara Indonesia juga perlu senantiasa untuk memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan rasa peduli dan kasih terhadap sesama saudara sebangsa dan setanah air tanpa melihat perbedaan latar belakang.
Rasa cinta terhadap bangsa dan kesatuan Indonesia perlu terus dinarasikan, diimplementasikan secara berkesinambungan. Pola pandang umat Kristen tentang kehidupan berbangsa dan bernegara lebih elok jika dimulai dari para Pemimpin Rohani maupun tokoh tokoh Kristen hingga tersampaikan substansial kepada umat Kristen khususnya di Indonesia.
Bangsa dan sebuah negara yang maju bukan sesuatu yang bisa terjadi instan ibarat ‘menggosok lampu Aladin’ yang akhirnya hanya menjadi sebuah ilusi dan angan angan. Namun perlu melibatkan semua unsur dibekali tekad bersama sebagai sebuah bangsa seperti yang diungkapkan oleh RUT, seorang MOAB :
Rut 1:16 Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;
Salam kasih, Pdt. Lukman Pandji
Leave a Reply