2 Korintus 3:12 (TB2) Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, kami bertindak dengan penuh keberanian,
Ketika Avishkar Raut, remaja 16 tahun, berpidato “Jai Nepal” yang intinya mendesak diakhiri korupsi dan perbailan ekonomi dengan lantang menyerukan anak muda Nepal bangkit, dunia melihat suatu keberanian yang luar biasa dari GenZ ini, dan perubahan terjadi. Juga Charlie Kirk, 31 tahun, Gen Z yang baru ditembak mati. Charlie terus bersuara bagi generasi muda di kampus untuk percaya pada Yesus Kristus, pionir di ide konservatif, pemanfaatan media digital dan inspirasi bagi generasi muda. Masyarakat global kagum atas power of speech kedua Gen Z yang berani ini.
Gen Z merupakan kelompok generasi muda yang selalu ingin mengekspresikan dirinya secara utuh, jauh dari kemunafikan, meski hasilnya menjadi pro dan kontra. Pelajaran apa yang dunia dapat dari Avishkar Raut dan Charlie Kirk? Setidaknya ada dua, kejelian melihat situasi bangsanya dan dunia umumnya yang telah terlena dengan berbagai skandal moral dan kejahatan yang disengaja, dan keberanian untuk tampil terbuka menyampaikan pemikiran dan gagasannya. Apa penilaian Gen Z terhadap gerejanya?
Nah, bagaimana gereja melihat potensi Gen Z? hanya tampil berdiri di mimbar gereja sebagai worship leader? Meski hal seperti itu memang diperlukan, perlu juga para pemimpin gereja memberi kesempatan Gen Z berbicara tentang gereja dan bangsanya. Rasul Paulus menegaskan, bahwa pengikut Kristus memiliki pengharapan yang pasti, karenanya bertindak dengan penuh keberanian. Dan doakan juga Gen Z Kristen untuk menyadari, bahwa inilah waktunya bagi Gen Z untuk berbicara dengan berani secara terbuka. Ini bukan soal lisan atau literasi tetapi tentang kasih dan pengharapan yang membuat Gen Z bertindak benar dan berani dalam Kristus. Avishkar Raut dan Charlie Kirk si Gen-Z pemberani.
Salam Injili,
Pdt. DR. Ronny Mandang, MTh.
Ketua MAPER PGLII
Majelis Pertimbangan – Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia




Leave a Reply