“Kamu adalah garam dunia.”
Sebagian besar dari kita akrab dengan kata-kata ini. kalimat ini diucapkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya dalam Khotbah di Bukit, menunjuk pada panggilan kita untuk menjadi hati nurani moral serta pelindung suci bagi masyarakat yang rusak. Tetapi apakah kita sudah terbiasa dengan peringatan Tuhan yang mengikutinya?
Yesus melanjutkan, “Tetapi jika garam telah kehilangan rasanya, bagaimana rasa asinnya dapat dipulihkan? Tidak ada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang.” (Matius 5:13)
Inilah yang terjadi pada Gereja Amerika dalam beberapa tahun terakhir. Karena kita telah kehilangan rasa asin kita, kita telah dicemooh, dibuang, dan diejek, hampir secara harfiah “diinjak-injak orang.”
Kita yang dipanggil untuk menjadi pelita yang bersinar dalam kegelapan gagal untuk bersinar.
Kita yang dipanggil untuk menjadi suara kenabian bagi dunia gagal berkhotbah kepada diri kita sendiri.
Kami yang seharusnya berbeda ternyata sama korup dan duniawi dan berkompromi seperti yang lain.
Kami yang seharusnya membawa nilai-nilai surga ke bumi menjadi duniawi seperti orang lain.
Kami diguncang oleh skandal besar satu demi satu.
Kami terjebak dalam politik partisan.
Kami lebih dikenal karena kepahitan kami daripada cinta kami, karena perpecahan kami daripada persatuan kami, karena kemunafikan kami daripada kekudusan kami.
Akibatnya, nama Tuhan kita diolok-olok dan banyak yang meninggalkan gereja.
Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan memberikan kasih karunia kepada orang yang rendah hati, dan jika kita mau merendahkan diri di hadapan-Nya, mengakui dosa-dosa kita, berbalik dari kompromi dan kedagingan dalam hidup kita sendiri, dan mencari Dia dengan sungguh-sungguh, Dia akan menjawab dari surga.
Leave a Reply