Bersama My Home Indonesia Merajut Kebangsaan

/script>

“Merajut“ berasal dari kata “rajut” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti jaring-jaring atau jala-jala, siratan benang yang berupa jaring untuk pundi-pundi, penutup sanggul. Sedangkan “merajut” mengandung arti (1) menyirat jaring-jaring (2) membuat rajut (3) memasang rajut; menjaring (burung dsb) dengan rajut.

“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.

Hakikat kebangsaan merupakan hal yang mendasar bagi anak bangsa, sehingga hakikat kebangsaan dimanifestasi dalam konsep dasar negara dan ideologi nasional seperti yang telah dirumuskan dalam Pancasila sebagaimana terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hakikat kebangsaan Indonesia menolak berbagai bentuk diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedudukan maupun status sosial. Hakikat kebangsaan bertujuan membangun dan mengembangkan persatuan dan kesatuan antar sesama anak bangsa Indonesia.

Suasana religiositas yang dibangun selama ini membuat suasana saling menghormati dan menghargai satu dengan lainnya. Multikulturalisme sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit, membuat hubungan antar kelompok dirajut, memang tidak bisa dipungkiri bahwa rajutan yang tertata acap kali terkoyak karena perebutan kekuasaan antar kerajaan, sehingga terpecah belah, adu domba penjajah, ketamakan dan fitnah, hingga kita memasuki era Wali Songo yang membawa pembaharuan di nusantara.

Saat perang kemerdekaan melawan penjajahan Belanda atau Jepang berbagai suku bangsa termasuk di dalamnya Tionghoa, Arab, India dll di wilayah nusantara rela berperang dan mengorbankan nyawa demi Sang Saka Merah Putih berkibar, perjuangan yang tidak mengenal agama, perjuangan tidak mengenal suku bangsa, semua berjuang mengusir penjajah karenanya yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha bahkan Konghucu, mempertahankan tanah air dan menolak, keserakahan bangsa asing di tanah air. Kemerdekaan adalah milik bersama yang akan diwariskan kepada anak dan cucu. Setiap yang lahir, dibesarkan memakan dan minum dari nusantara adalah penduduk pribumi, siapapun itu hak kita sama dan kewajiban kita menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia  tetap berdiri.

READ  Potensi Itu Adalah Kerukunan Umat Beragama

 

My Home Indonesia Merajut Kebangsaan

Tetapi akhir-akhir ini kebhinnekaan bangsa kita sedang diuji “kebenarannya”, goncangan demi goncangan dengan dalih menjunjung tinggi agama, mempertentangkan suku bangsa, hal yang selama ini sebagai perbuatan tabu dan tidak beretika malah menjadi model, banyak orang memiliki fanatisme yang sempit, merasa diri paling benar dan melupakan sejarah. Bumi seakan sesak dengan berita berita mencekam, menakutkan dan banyak ketidakbenarannya, media sosial menjadi jerat bagi banyak orang. Kebinnekaan dan toleransi yang menjadi perekat bangsa terkikis, disintegrasi dan kekerasan bermunculan, masyarakat mulai menabur benih kecurigaan dan kebencian serta berprasangka buruk terhadap sesama saudara. Semangat kebangsaan yang telah terajut kini telah terkoyak.

Peranan My Home Indonesia menjadi penting di tengah gejolak bangsa Indonesia, peranan sebagai katalisator & fasilitator dalam bebagai kegiatan merajut kebangsaan.

Perlu inspirasi dan pemahaman baru dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkembang dalam masyarakat maupun birokrasi, kita perlu mendorong dan menumbuhkan sikap hidup damai tanpa kekerasan, menghormati keberagaman, mendakwah sikap dialogis antar sesama pemeluk agama dan menghargai satu dengan lainnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi. Tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik.

Mari kita bersama memberikan kesadaran, kepada siapa pun terutama kepada anak didik sejak dini. Agama mengajarkan kedamaian, hidup berdampingan, menghargai perbedaan. Dunia modern menjadi dunia yang tanpa batas dan saling berhadapan, setiap agama mengajarkan kasih,  hormat dan takut kepada Tuhan Sang Pencipta.

My Home Indonesia sebagai sebuah gerakan moral terus proaktif mengantisipasi perkembangan lingkungan, bersahabat dengan tetangga, peduli dengan kondisi komunitas dengan memberi contoh bagi komunitas lain dalam membina hidup berdampingan yang rukun, kemandirian dan menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi melainkan saling menghormati dan mendukung.

READ  Perpecahan Di Gereja dan Orang Kristen Menghancurkan Penginjilan

Aktifitas bersama menjadikan desa sebagai lumbung pangan, pusat perekonomian, mendidik anak menjadi rajin dan hormat serta takut akan Tuhan, membina keluarga-keluarga agar rukun dan harmonis. Memberikan waktu dan peduli kepada lingkungan, kebersamaan yang merajut persaudaraan, berbagai kegiatan terinspirasi dan diekspose menjadi model yang menggerakkan. My Home Indonesia merajut kebangsaan.

Akhirnya, masyarakat nusantara memahami hakikat kebangsaan diamalkan melalui gerakan My Home Indonesia. Gelombang yang di dalamnya menggerakkan banyak orang lebih dari 400 kota di seluruh Indonesia untuk menghayati falsafah Pancasila yang mengandung nilai-nilai dasar yang akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang bermuara pada terbentuknya karakter bangsa.

Indonesia rumahku, tanah airku, aku berbakti, aku mengabdi.

Pro Ecclesia et Patria

Antonius Natan | Tim Kerja My Home Indonesia

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*