Dampak IQ Rata-Rata 84 & Pengembangan Gen Z Dalam Gereja

/script>

Kecerdasan seseorang sering kali diukur melalui hasil tes intelligence quotient (IQ). Walau bukan satu-satunya model, namun IQ sering menjadi standar yang dirancang untuk mengetahui potensi intelektual seseorang, termasuk penduduk di suatu negara. Indonesia menempati peringkat ke-67 di dunia dengan skor IQ rata-rata 84. Info per tanggal 28 Juli 2024 (sumber RRI.co.id).

IQ 70-84: IQ rendah yang masih dalam kategori normal (dull normal)

Jakarta, legacynews.id – Dampak IQ Rata-Rata 84 di Indonesia, tentu berakibat kepada pengembangan Gen Z dalam gereja, menghadapi berbagai tantangan dan peluang khususnya dalam konteks bonus demografi. Saat ini proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) meningkat dibandingkan dengan populasi non-produktif (anak-anak dan lansia). Bonus demografi ini dapat mempengaruhi perkembangan anak-anak muda dan tentu saja strategi gereja dalam membimbing Gen Z perlu dilakukan penyesuaian.

Kondisi serius dengan fakta rata-rata IQ yang lebih rendah dapat mencerminkan berbagai faktor, termasuk kualitas pendidikan yang beragam di Nusantara. Model dan Pola pendidikan yang belum memenuhi standar dapat berimplikasi langsung pada daya pikir dan keterampilan kritis anak-anak. berdampak pula dalam gereja, tantangan ini menciptakan kebutuhan untuk memperkuat pendidikan rohani dan karakter dilingkungan gereja.

Gereja-gereja dihimbau untuk berinvestasi dalam program pendidikan anak baik dalam bentuk Sekolah Minggu maupun mendirikan PAUD, sekolah menengah hingga jenjang pendidikan tinggi. Gereja Anak tidak sekedar mengajarkan doktrin teologis tetapi juga keterampilan berpikir kritis dan analitis. Pemenuhan kebutuhan ini perlu menjadi fokus. diupayakan dalam berbagai bentuk dan model pembelajaran. Gereja menyelenggarakan pelatihan keterampilan, membantu anak-anak mempersiapkan diri menghadapi tantangan dunia kerja.

Penduduk Indonesia yang tersebar di berbagai pelosok pulau-pulau besar maupun kecil, dengan IQ rata-rata rendah saat ini mudah terhubung teknologi informasi, banyak remaja yang telah memiliki gadget maupun personal komputer. Namun terhubungnya anak-anak dengan dunia luar, kebanyakan untuk bermain Games, berbagai informasi negatif terserap bahkan mudah terpengaruh dengan Judi Online dan Pornografi serta LGBTIQ, kondisi ini memperparah cara berpikir. Gereja harus dapat memainkan peran dalam mengajarkan keterampilan digital kepada anak muda, memungkinkan mereka untuk mengakses informasi yang relevan dan mempersiapkan mereka untuk tantangan masa depan. teknologi informasi digunakan untuk pendidikan dan kegiatan positif yang membangun.

READ  Gereja Mengatasi Stigma Kesehatan Mental Selama Bulan Kesadaran

Gereja perlu berubah menjadi agen perubahan sekaligus pusat informasi dan sumber daya, gereja menjadi rumah bagi anak-anak Gen Z yang menyediakan buku, materi ajar, dan akses internet bagi anak-anak muda yang tidak memiliki sumber daya ini di rumah. Dengan IQ yang bervariasi, fokus pada pengembangan karakter dan kerohanian menjadi sangat penting. Gereja bertindak membentuk anak muda yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang positif dengan moral yang sehat.

Program-program gereja diarahkan kepada nilai-nilai moral dan rohani, membantu Gen Z untuk memahami pentingnya integritas, kerja keras, dan komitmen kepada Tuhan. Gereja mengajak anak muda untuk terlibat dalam pelayanan gereja, terlibat dalam kelompok sel dan komunitas yang dapat memperkaya pengalaman dan membangun kepedulian dan rasa tanggung jawab sosial.

Bonus demografi yang saat ini sedang berlangsung memberikan peluang besar. Dengan jumlah Gen Z yang melimpah, gereja memiliki kesempatan untuk menjangkau dan membimbing generasi penerus. Gereja harus menggunakan energi dan antusiasme Gen Z untuk memenuhi panggilan misi dan pelayanan, menjadikan mereka agen transformasi dalam masyarakat.

Rata-rata IQ yang lebih rendah di Indonesia menjadi tantangan, tetapi juga merupakan peluang bagi gereja untuk mengambil peran aktif dalam pengembangan Gen Z. Dengan berfokus pada pendidikan, pembentukan karakter, dan penyediaan akses sumber daya. Gereja menjadi rumah bagi Gen Z dapat membimbing generasi mendatang untuk menjadi individu yang siap menghadapi tantangan dunia modern. Gereja berinvestasi untuk masa depan Gen Z, termasuk pula berinvestasi kepada masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui usaha yang terarah, gereja dapat berkontribusi dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang positif dan komitmen kepada Tuhan Yesus Kristus.

READ  Gen Z Menemukan Keseimbangan Antara Belajar & Bekerja

Pro Ecclesia Et Patria

Antonius Natan
Dosen STT LETS
Staf Ahli Ketum PGLII – Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*