‘Hepatitis Akut’ Diasosiasikan Dengan Infeksi Covid-19

/script>

Dari 17 pasien anak suspek penderita hepatitis akut, enam di antaranya meninggal. Di Amerika Serikat, 14 anak sampai memerlukan transplantasi organ hati. Tak ada hubungannya dengan Covid-19.

Jakarta, legacynews.id – Kasus “hepatitis akut’’ menjadi sorotan yang ramai di Indonesia beberapa pekan terakhir. Penyakit ini menyerang anak-anak bahkan balita, dan bisa menimbulkan risiko kematian. Ia dianggap sangat berbahaya dan dikhawatirkan mudah menular karena diasosiasikan dengan infeksi Covid-19, serta  kehadiran adenovirus, yakni virus perantara pembawa material antigen pada vaksin AstraZeneca.

Penyakit hepatitis akut itu mula-mula berjangkit di beberapa negara Eropa Barat, terutama Inggris, dan Amerika Serikat (AS). Setelah mengonfirmasi hepatitis akut ini muncul di 11 negara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun secara resmi menetapkannya sebagai wabah (disease outbreak) sejak 23 April 2022. Jenis dan asal-usul virus hepatitis akut ini belum diketahui secara persis.

WHO menyebut penyakit kuning itu sebagai acute hepatitis of unknown aetiology. Sejumlah pakar menyebutnya hepatitis non-A-E, untuk menegaskan bahwa penyakit ini bukan dari virus hepatitis A, B, C, D, dan E, yang selama ini dikenal oleh dunia sains. Yang pasti, virus berbahaya itu mungkin sudah menyebar ke mana-mana, termasuk ke Indonesia.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap ada 15 kasus yang diduga kuat merupakan hepatitis akut di Indonesia hingga Senin (9/5/2022). Kementerian Kesehatan, katanya, terus memonitoring perkembangannya, dengan menerbitkan surat edaran yang meminta supaya dinas-dinas kesehatan dan rumah sakit di daerah untuk melakukan surveilans atas kasus-kasus dugaan hepatitis akut tersebut. Surat edaran itu diterbitkan 27 April, berselang  4 hari setelah Kemenkes menerima surat peringatan dari WHO.

Kemenkes, tutur Budi Gunadi, sudah  melakukan korespondensi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS dan Health Security Agency dari Kerajaan Inggris (UKHSA), guna meminta informasi tentang virus misterius pada hepatitis akut itu. ‘’Belum bisa dipastikan virus apa yang menyebabkan adanya penyakit hepatitis akut ini,’’ ujar Budi Gunadi, dalam keterangan  persnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Senin (9/5/2022). Informasi  yang dirilis oleh CDC maupun UKHSA, ialah virus itu menular melalui mulut, lewat bahan makanan, air, alat makan, bahkan jari tangan yang terkontaminasi virus tersebut. Sasarannya ialah anak-anak di bawah 16 tahun hingga balita.

READ  Pemerintah Lanjutkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

Kasus hepatitis akut ini di Indonesia sudah menyebar dalam wilayah yang luas. Dari 15 kasus yang disebut Menkes Budi Gunadi, 11 di antaranya dari DKI Jakarta, serta masing-masing satu dari Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatra Barat dan Bangka Belitung. Virus itu cukup ganas. Dari 15 kasus itu, 5 penderitanya meninggal. Pada 11 Mei 2022 muncul laporan tambahan dari Medan, ada dua kasus hepatitis akut, dengan satu pasien usia 2 tahun meninggal dunia. Jadi seluruhnya 17 kasus, dan 6 pasien meninggal dunia. Usia pasien antara 2–16 tahun.

Korban mengalami gejala yang khas. Demam tinggi, sakit perut, diare, dan muntah-muntah. Pasien mengalami sakit radang hati (hepatitis). Pada tahap yang lebih berat, kulit dan sklera (putih mata)  pasien berubah menguning. Gejala serologisnya juga cukup khas. Kadar serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dalam darah umumnya di atas 500 iu (international Unit/liter). Untuk serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) di atas 100 iu. SGPT dan SGOT orang sehat umumnya pada kisaran 30 iu per liter darah.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*