

Data Transparency International, IPK Indonesia tahun 2023 turun dari peringkat 110 jadi 115 dengan skor stagnan di angka 34. Hasil penelitian dari Transparency International, ini disebabkan umumnya pelayanan publik.
Jakarta, legacynews.id – Korupsi di Indonesia telah menjadi isu yang mengakar dan kompleks, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan pemerintahan. Fenomena ini tidak hanya merusak sistem pemerintahan, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperburuk ketidakadilan sosial. Korupsi di Indonesia sering kali melibatkan pejabat tinggi, politisi, dan pengusaha yang memanfaatkan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, tantangan yang dihadapi sangat besar, termasuk resistensi dari mereka yang diuntungkan oleh sistem yang korup.
Salah satu faktor utama yang mendorong korupsi di Indonesia adalah gaya hidup mewah yang menjadi simbol status dan kesuksesan. Banyak individu yang terlibat dalam korupsi termotivasi oleh keinginan untuk mempertahankan atau meningkatkan status sosial mereka. Gaya hidup mewah ini sering kali ditunjukkan melalui kepemilikan barang-barang mewah, rumah megah, dan kendaraan mahal. Tekanan sosial untuk tampil sukses dan kaya sering kali mendorong individu untuk mencari cara cepat dan tidak sah untuk memperoleh kekayaan.
Kemapanan finansial sering kali dianggap sebagai tujuan utama dalam hidup, mengesampingkan nilai-nilai moral dan etika. Dalam konteks ini, korupsi menjadi alat untuk mencapai kemapanan tersebut. Banyak orang yang merasa bahwa dengan memiliki kekayaan, mereka dapat memperoleh kekuasaan dan pengaruh yang lebih besar. Hal ini menciptakan siklus di mana korupsi terus berlanjut karena dianggap sebagai cara yang efektif untuk mencapai tujuan hidup.
Nilai-nilai agama seharusnya menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam praktiknya, nilai-nilai ini sering kali terabaikan ketika berhadapan dengan godaan korupsi. Banyak individu yang terlibat dalam korupsi mengabaikan ajaran agama yang menekankan integritas, kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara keyakinan agama dan praktik hidup beragama.
Kerusakan Bangsa dan Masyarakat
Korupsi memiliki dampak yang merusak bagi bangsa dan masyarakat. Secara ekonomi, korupsi menghambat investasi, mengurangi efisiensi, dan meningkatkan biaya bisnis. Hal ini berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Secara sosial, korupsi memperburuk ketidakadilan dan ketimpangan, karena sumber daya yang seharusnya digunakan untuk kepentingan publik dialihkan untuk keuntungan pribadi. Selain itu, korupsi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan institusi publik, yang pada gilirannya mengancam stabilitas politik dan sosial.
Ada perdebatan yang berkembang mengenai hukuman yang tepat bagi koruptor. Beberapa pihak berpendapat bahwa koruptor harus dimiskinkan dan dihukum mati, mengingat dampak destruktif dari tindakan mereka terhadap bangsa. Pemiskinan dianggap sebagai cara untuk mengembalikan kekayaan yang diperoleh secara tidak sah kepada negara, sementara hukuman mati dipandang sebagai pencegah yang kuat terhadap tindakan korupsi di masa depan. Namun, pendekatan ini juga menuai kritik, terutama dari perspektif hak asasi manusia dan efektivitas jangka panjang.
Mengapa Politisi Enggan Mengesahkan?
Salah satu alasan utama mengapa politisi enggan mengesahkan Rancangan Perampasan Aset adalah karena adanya kepentingan politik dan ekonomi yang saling terkait. Banyak politisi yang memiliki hubungan dekat dengan individu atau kelompok yang diuntungkan oleh sistem yang korup. Mengesahkan rancangan ini dapat mengancam kepentingan mereka sendiri atau sekutu politik dan ekonomi mereka. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa perampasan aset dapat digunakan sebagai alat politik untuk menyerang lawan politik.
Tantangan hukum dan implementasi juga menjadi hambatan dalam pengesahan Rancangan Perampasan Aset. Sistem hukum di Indonesia sering kali dianggap lemah dan tidak konsisten, yang dapat menghambat pelaksanaan perampasan aset secara efektif. Selain itu, ada kekhawatiran mengenai potensi penyalahgunaan kekuasaan dan kurangnya mekanisme pengawasan yang memadai. Hal ini menimbulkan keraguan mengenai kemampuan pemerintah untuk melaksanakan perampasan aset secara adil dan transparan.
Mahasiswa Harus Bertindak
Untuk mengatasi korupsi di Indonesia, mahasiswa harus bertindak, mendorong komponen bangsa untuk melakukan berbagai upaya secara cepat dan berkelanjutan. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
- Penguatan Sistem Hukum: Meningkatkan kapasitas dan integritas lembaga penegak hukum untuk memastikan penegakan hukum yang adil dan konsisten.
- Pendidikan dan Kesadaran Publik: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya korupsi dan pentingnya nilai-nilai etika dan moral.
- Transparansi dan Akuntabilitas: Mendorong transparansi dalam pemerintahan dan bisnis untuk meminimalkan peluang korupsi.
- Perlindungan Whistleblower: Memberikan perlindungan dan insentif bagi individu yang melaporkan tindakan korupsi.
- Reformasi Politik: Mengurangi pengaruh uang dalam politik dan memperkuat mekanisme pengawasan terhadap politisi dan pejabat publik.
Korupsi di Indonesia Telah Membudaya, Bangga atau Malu? harusnya malu menggunakan mobil, rumah dari hasil korupsi, malu menggunakan baju atau makan dari hasil korupsi, malu memberi sedekah, zakat atau kolekte di gereja, persepuluhan dari hasil korupsi. Korupsi adalah masalah yang kejahatan kemanusiaan dan memerlukan tindakan tegas serta reformasi hukum yang revolusioner. Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, dengan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, korupsi dapat diberantas. Penting bagi pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari korupsi, demi masa depan yang lebih adil dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita menunggu kecerdikan Jenderal TNI (purn) Prabowo Subianto bertindak tegas tanpa pandang bulu, sebagai panglima perang. Rakyat dan mahasiswa mendukung.
Leave a Reply