“Melawan Budaya Kesetaraan Gender: Memahami Peran dan Tanggung Jawab Pria dalam Pernikahan Kristen”
Jakarta, legacynews.id – Rumah tangga terbentuk diawali dari pemberkatan di gereja oleh pejabat gereja. Janji Nikah diucapkan oleh kedua mempelai tidak hanya kepada Jemaat yang hadir, melainkan kepada Allah Sang Pencipta langit dan Bumi. Sehingga pernikahan merupakan institusi yang suci dan sakral dalam agama Kristen. Fenomena dalam budaya modern yang cenderung menekankan kesetaraan gender, maka penting bagi kita untuk memahami peran dan tanggung jawab yang unik yang dimiliki oleh pria dalam pernikahan Kristen. Kita dapat merujuk kepada ayat-ayat dalam kitab suci sebagai pedoman bagi peran tersebut.
- Kepemimpinan Kasih Kristus
Pria bertanggung jawab untuk menjadi kepala keluarga dan memimpin dengan cinta seperti Kristus. Peranan ini mencakup mengasihi, melindungi, dan memberikan arahan yang baik kepada pasangan dengan. Dalam Efesus 5:25, disebutkan, “Hai suami-suami, kasihilah isterimu sama seperti Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Ayat ini mengajarkan bahwa keteladanan kasih Kristus.
- Tanggung Jawab Perlindungan
Tanggung jawab pria untuk melindungi dan menyediakan kebutuhan keluarganya. Pria harus mengambil peran yang aktif dalam merawat dan menjaga kesejahteraan anggota keluarga, baik secara spiritual maupun materi. Satu ayat yang relevan untuk pria adalah 1 Timotius 5:8, “Jika seorang tidak merawat keluarganya sendiri, terutama mereka dari rumah tangga sendiri, ia telah menyangkal imannya dan lebih buruk dibanding orang yang tidak percaya.”. Rasul Paulus menyoroti bahwa kaum pria memiliki panggilan dalam menjaga keutuhan keluarga dan melaksanakan janji nikah dengan menyatakan kasih melalui pengorbanan.
- Ketenangan dan Tanggung Jawab dalam Pengambilan Keputusan
Sebagai pemimpin dalam keluarga seorang pria selalu mengambil keputusan, pria ditugaskan untuk menjadi pemimpin yang bertindak dalam Roh Kebijaksanaan. Dalam Efesus 5:23, disebutkan, “Karena suami adalah kepala isteri, seperti Kristus adalah kepala jemaat, Dia adalah Penyelamat tubuh” Pria harus mengambil tanggung jawab memastikan keputusan yang diambil bersama-sama dengan pasangan adalah yang terbaik untuk keluarga dalam kerangka kasih dan kebijaksanaan. Kondisi ini tentu terjadi karena pria memiliki waktu doa dan melakukannya bersama dengan keluarga.
- Mitra yang setara dalam Persekutuan
Saling menghormati dan menghargai terutama dilakukan dalam keluarga dan dalam pernikahan Kristen suami dan isteri dalam pernyataan cinta dan aplikasinya adalah saling memberikan kepada pasangan sebagai mitra yang setara dalam persekutuan. Dalam 1 Petrus 3:7, disebutkan, “Hai suami-suami, demikianlah kamu harus hidup menurut pengetahuan, memberi hormat kepada isterimu sebagai perempuan yang lebih lemah, dan sebagai apa yang seharusnya sebagai pewaris bersama anugerah hidup. supaya doamu jangan terhambat.” Ayat ini mengajarkan pria untuk menghormati dan memperlakukan pasangan secara adil, menghargai keunikan dan kelembutan mereka.
Perjalanan keluarga yang harmonis berlangsung jika saling memahami peran dan tanggung jawab dalam pernikahan Kristen. Saat ini sangat penting melawan budaya kesetaraan gender yang mengabaikan karakteristik dan peran unik yang diberikan oleh Tuhan. Melalui kitab suci, pria dipanggil untuk menjadi kepala rumah tangga dan pemimpin yang penuh kasih, pelindung, pengambil keputusan yang bijaksana, dan mitra yang setara dalam persekutuan dengan pasangan. Dalam menjalankan peran ini, pria dapat membawa kebahagiaan, keharmonisan, dan kesaksian yang kuat mengenai kasih Tuhan dalam pernikahan mereka.
Pro Ecclesia Et Patria
Antonius Natan
Leave a Reply