Milenium di Amerika kebanyakan melawan kepercayaan tradisional Kristen dalam “kebenaran moral absolut”, menurut penelitian baru.
Laporan ‘Milenial di Amerika’ oleh peneliti George Barna didasarkan pada survei sikap dan keyakinan orang dewasa muda di usia 20-an dan 30-an.
Ditemukan bahwa enam dari 10 responden dalam kelompok usia ini percaya bahwa “tidak ada kemutlakan moral yang berlaku untuk semua orang, sepanjang waktu”.
Laporan tersebut, yang ditugaskan oleh US campaign organisation Foundations of Freedom, mengatakan: “Untuk beberapa waktu, orang Amerika telah menolak gagasan bahwa kebenaran moral mutlak ada. umumnya milenial.
“Semangat relativitas telah menetap dengan nyaman di kalangan Milenial – meskipun perlu dicatat bahwa lebih dari seperlima dari mereka (22 persen) belum mengetahui di mana mereka berdiri di atas kebenaran moral.
“Tetapi di antara mereka yang telah mengambil sikap, menolak daripada menerima kemutlakan moral adalah perspektif yang dominan dengan rasio 5:2 (56 persen vs 22 persen).”
Laporan tersebut berkomentar: “Bagi mereka yang memiliki ‘telinga untuk mendengar dan mata untuk melihat’, tidak dapat dipahami bahwa orang-orang cerdas akan mendasarkan pilihan moral pada pengaruh yang cair dan tidak dapat diandalkan seperti emosi pribadi, pengalaman masa lalu, dan nasihat orang lain.
“Namun itu adalah input utama yang diandalkan oleh kaum Milenial ketika membuat keputusan moral mereka.
“Hampir dua pertiga orang dewasa muda (63 persen) mengidentifikasi pengaruh tersebut sebagai pendorong pilihan moral mereka sementara hanya seperlima (19 persen) mengatakan bahwa mereka bergantung pada sumber masukan moral yang berbeda.”
Tetapi penelitian menemukan bahwa kaum Milenial umumnya positif tentang pribadi Yesus Kristus.
“Salah satu wawasan terpenting dari penelitian ini adalah bahwa kaum Milenial tampaknya tidak memiliki masalah dengan Yesus Kristus seperti halnya mereka memiliki masalah dengan gereja-gereja Kristen, individu-individu Kristen, dan beberapa prinsip alkitabiah yang secara langsung bertentangan dengan perspektif budaya populer,” laporan mengatakan.
Itu juga menemukan bahwa Alkitab “berlaku relatif baik” dengan Milenial “meskipun penelitian pendamping menunjukkan bahwa mereka tidak mengenal isinya.”
Meringkas bagiannya tentang ‘Faith Factor’, laporan tersebut menyatakan: “Di negara yang sejarahnya merupakan salah satu semangat kebebasan beragama dan keterlibatan spiritual kelas dunia, penurunan komitmen spiritual dan keterlibatan di Amerika telah menjadi pilar dari kemerosotan moral dan budaya bangsa. Spiral ke bawah itu telah diperkuat oleh pembentukan kembali secara dramatis domain iman oleh kaum Milenial.”
[Julian Mann – CT]
Leave a Reply