TENANGLAH! … AKU INI; JANGAN TAKUT!

/script>
Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” (Matius 14:27)
Dalam kehidupan ini, setiap kita akan mengalami situasi atau keadaan yang menyenangkan atau yang menyedihkan, yang tentram atau yang menakutkan, silih berganti. Hal ini bergantung kepada apa yang dihadapi.
Suatu waktu, ketika murid-murid Yesus berada dalam perahu menyeberang Danau Galilea, mereka menghadapi terjangan angin sakal, dan mereka dalam ketakutan. Pada waktu itu Yesus tidak bersama-sama dengan mereka. Jam 3, Yesus datang pada mereka dengan berjalan di atas air. Mereka menyangka Dia itu hantu, dan mereka histeria karena takut. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!
Kata tenanglah yang diucapkan Yesus berasal dari pengertian kata Yunani ”tharseo” yang pengertian utamanya adalah menjadi teguh hati dan berani. Namun kata ”tharseo” dapat pula berarti keberanian percaya, keteguhan hati, kekuatan hati dan ketenangan, bergantung dalam konteks atau situasi ketika digunakan.
Dalam pengertian keberanian percaya, contohnya dapat dilihat dalam peristiwa orang lumpuh yang dibawa oleh orang lain untuk disembuhkan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 9:1-8. Di ayat 2, Yesus berkata kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.“ Situasinya adalah ketika orang lumpuh itu dan mereka yang membawanya tidak dapat berbuat apa-apa, maka diperlukan keberanian percaya untuk meyakini bahwa Tuhan Yesus sanggup menolong mereka.
Dalam pengertian keteguhan hati, contohnya dalam peristiwa seorang wanita yang pendarahan 12 tahun yang secara diam-diam menjamah jumbai jubah Yesus dan Yesus mengetahuinya dalam Matius 9:18-25. Yesus berkata kepadanya, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” (ayat 22) Situasinya adalah orang yang mengalami pergumulan yang berat dan telah berlangsung lama. Diperlukan keteguhan hatinya, tidak ragu untuk berani datang kepada Yesus, karena Tuhan Yesus sanggup menolong dia.
Dalam pengertian kekuatan hati, contohnya dalam peristiwa seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus berseru-seru meminta pertolongan Tuhan Yesus dalam Markus 10:46-52. Kemudian akhirnya Yesus memanggil dia, maka orang-orang berkata, “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.“ (ayat 49) Situasi dimana orang buta itu harus melawan suatu tantangan. Diperlukan kekuatan hati menghadapi tantangan, bahkan mungkin orang lain tidak peduli dan tidak mau menolong dia. Tapi Tuhan Yesus peduli dan sanggup menolong dia.
Dan pengertian ketenangan dapat dilihat seperti yang dialami murid-murid di Danau Galilea, ketika mereka berada dalam keadaan terancam, karena angin sakal, dan juga mereka menyangka melihat hantu. Situasinya adalah ketika orang dalam perasaan yang buruk karena keadaan yang menakutkan dan terancam, dan Yesus meminta mereka menjadi tenang sementara Yesus meredakan angin sakal itu. Yesus berkata kepada mereka, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”(ayat 27)
Jadi jika pada suatu waktu, kita tidak dapat berbuat apa-apa, mengalami pergumulan yang berat dan telah berlangsung lama, harus melawan suatu tantangan atau melawan arus, atau dalam keadaan yang menakutkan dan terancam, datanglah kepada Tuhan Yesus dan ingatlah Yesus berkata: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Yesus sanggup menolong, meneguhkan, menguatkan dan menenangkan serta menghibur kita.
“Teruslah Bersekutu dan Memberitakan Injil!”
Pdt. Tommy Lengkong, MTh.
Ketum PGLII – Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia
READ  Hancurnya Keyakinan Alkitabiah Dari Orang Kristen Lahir Baru

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*