Sebanyak 90 relawan dilibatkan menjalani uji klinis fase I vaksin Merah Putih. Bila semua bisa berjalan sesuai rencana, vaksin dari Unair itu bisa meraih EUA pada Juli 2022.
Jakarta, legacynews.id – Tahapan produksi vaksin Merah Putih terus menorehkan kemajuan. Setelah mencatat hasil yang menggembirakan pada uji praklinis dan meraih sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun memberikan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) perdana untuk vaksin karya anak bangsa itu. Pencanangan uji klinis itu dilakukan di RSUD Dokter Sutomo, Surabaya, Selasa (9/2/2022).
‘’Vaksin Merah Putih ialah perwujudan dari kemajuan dan kemandirian bangsa. Industri vaksin ini sangat dibutuhkan, baik di saat ini maupun pada masa depan nanti,’’ujar Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Profesor Muhadjir Effendy, yang hadir di RSUD Dr Sutomo, Surabaya, mewakili pemerintah dalam seremoni peluncuran uji klinis tahap I ini.
Vaksin Merah Putih dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Airlangga (UNAIR) yang bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia, industri farmasi yang berkedudukan di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Vaksin dengan platform inactivated virus ini dikembangkan menggunakan virus SARS COV-2 yang berasal dari pasien Covid-19 di Surabaya.
Dalam uji klinis tahap I ini, vaksin akan disuntikkan pada 90 relawan, dari usia 18 hingga 60 tahun. Pada uji klinis fase I ini, yang ditekankan adalah unsur keamanan dan keselamatannya. Para relawan akan dipantau kondisi kesehatannya, untuk mempelajari efek samping yang diakibatkannya. Bila tak ditemukan efek samping yang membahayakan, maka uji klinis tahap II akan dimulai pada Maret 2020.
Menurut Rektor Unair Profesor M Nasih, uji klinis tahap II akan melibatkan 400–500 relawan. Di fase ini, yang akan dilihat ialah efektivitas vaksin untuk meningkatkan imunogenitas, yakni level antibodi pada sel darah putih relawan dan pada dosis berapa tercapai efektivitas tertinggi. Toh, efek samping vaksin juga terus menjadi perhatian.
Jika tahap II ini berhasil, maka uji klinis tahap III bila dimulai sekitar April 2022. Sekitar 3.500 relawan akan dilibatkan. Para relawan itu akan dibagi ke dalam dua kelompok, yakni mereka yang menerima suntikan vaksin asli dan vaksin kosong (plasebo). Targetnya adalah mendapatkan gambaran riil dan kuantitatif tentang efikasi vaksin, yakni berapa besar daya perlindungan vaksin dibandingkan dengan mereka yang tidak divaksin. Tingkat efikasi akan dihitung dari kuantitas (perbandingan) kejangkitan infeksi dan level keparahannya dari kelompok yang tidak divaksin dan kelompok yang divaksin.
Persetujuan uji klinis itu diberikan Senin (7/2/2022), setelah BPOM mempelajari hasil uji-praklinis vaksin I dan II, yang selesai dilakukan di akhir tahun 2021. Uji praklinis 1 dilakukan pada mencit (tikus putih) dan uji praklinis II pada monyet Makaka. Hasilnya, kedua satwa percobaan itu terbukti tak mengalami akibat buruk akibat vaksin, dan vaksin bisa merangsang munculnya antibodi secara signifikan.
Leave a Reply