Jakarta, legacynews.id – Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Nasrani (PP. PEWARNA) Indonesia berkunjung ke kantor Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) di Salemba Raya No 10 Jakarta Pusat Kamis 21 Maret 2022. Kunjungan Pewarna yang dipimpin langsung Ketua Umum Pewarna Yusuf Mujiono disambut hangat Ketum PGI Pdt Gomar Gultom, M.Th. di lantai dua gedung PGI. Turut mendampingi beberapa pengurus Pewarna, Ronald Stevly Onibala selaku Sekjen Pewarna Indonesia, Ana Kezia, Christy, Rikardo Marbun, Maruap Sianturi, Joe Loing .
Dalam pertemuan tersebut Yusuf Mujiono menyampaikan beberapa kegiatan Pewarna Indonesia baru-baru ini, yaitu Diskusi lintas agama yang digelar di Masjid Istiqlal Jakarta serta Napak Tilas Rasul Jawa (NTRJ) yang telah dilaksanakan dari tanggal 28 Maret hingga 3 April 2022.
Meresponi hal tersebut Pdt Gomar Gultom menyatakan, bahwa kegiatan NTRJ adalah langkah yang baik untuk memgangkat kembali tentang kiprah penginjil bumiputera atau penginjil nusantara. Dengan NTRJ yang mengangkat sosok penginjil asli Jawa lokal, bisa menaikkan rasa percaya diri sebagai Kristen Indonesia ditengah maraknya Kristen ala Amerika, Korea dan ke Yahudi Yahudian.
Kedepan Pewarna Indonesia diharapkan bisa memunculkan kembali penginjil dari berbagai daerah nusantara misalnya Batak, Papua NTT, dan daerah lainnya.
Seperti di Tanah Batak, yang menonjol adalah Nomensen, akan tetapi sebaliknya tokoh lokal seakan tersembunyi, juga di Papua, yang menonjol Otto dan Geissler. Padahal tokoh-tokoh lokal juga diyakini banyak dalam penginjilan itu, seharusnya ikut diangkatlah, demikian harapan Pdt Gomar.
Dalam pertemuan tersebut serasa pertemuan keluarga, karena memang antara Yusup dan Pdt. Gomar sudah termasuk sahabat lama, yang menambah kesejukan dalam suasana bincang-bincang
Pada kesempatan pertemuan ini Pdt Gomar memberikan pandangan sebagai lanjutan apresiasinya terhadap kegiatan NTRJ, yang mengangkat kisah perjuangan anak-anak Nusantara. Menurut Gomar, Kristen di Indonesia ini sepertinya kurang percaya diri dengan bangsanya sendiri, kenapa tidak? kan ada bahasa kita selamat pagi, selamat siang, dan selamat malam, tetapi, dalam setiap pembukaan ibadah, kenapa memakai kata shaloom? Tanpa kita sadari, kita sudah terjajah secara imani. Terjajah oleh lembaga lembaga misi dari luar, ya, mungkin didukung karena mereka banyak uang. Kita harus akui, bahwa gereja-gereja dan yayasan-yayasan pekabaran Injil di Indonesia sekarang ini sudah menjadi bonekanya orang luar. Dan ini sesuatu yang bagus untuk diangkat oleh Jurnalis, tegasnya.
Leave a Reply