

“…. karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, *apakah semuanya itu benar demikian.” Kisah Para Rasul 17:11
Firman Tuhan menjelaskan bahwa kebaikan hati dari orang-orang Yahudi di Berea, ternyata lebih dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika. Penyebabnya, orang-orang Yahudi di Berea:
a) menerima firman Tuhan dengan segala kerelaan hati;
b) setiap hari menyelidiki Kitab Suci.. apakah semua itu benar demikian?.
Ada tiga hal yang selalu menjadi acuan bagi gereja dan pemimpin: Ontologi ;Teologi ;Kontekstual.
Ontologi (Benar atau tidak benar) Jika suatu khotbah atau ajaran disampaikan, jangan cepat-cepat percaya tetapi diselidiki apakah itu benar sesuai Alkitab? Betapa pun hebat dan bagusnya suatu khotbah, jika tidak sesuai Alkitab, maka itu tidak benar, lupakan saja.
Teologi (Tepat atau tidak tepat) Jika suatu terapan teologi diajarkan, apakah itu memang tepat? Apakah teologi “TULIP” John Calvin tepat bagi gereja A atau tidak tepat? Apakah “Property Gospel” – teologi Kemakmuran tepat bagi gereja B? Jika tidak tepat, tak perlu dipaksakan.
Kontekstual (Butuh atau tidak butuh) Jika gereja A membutuhkan orkestra dalam ibadah; gereja B membutuhkan alat musik Band; gereja C membutuhkan piano; gereja D membutuhkan penari tamborin dan tepuk tangan; gereja F membutuhkan ketenangan tanpa tepuk tangan saat beribadah, semua itu dipersilahkan. Allah dapat disembah dengan berbagai ekspresi.
Ketiga hal ini harus berjalan seiring. Ontologi, umat Kristen sangat perlu dibentuk menjadi kritis saat mendengar suatu khotbah, apakah sudah benar sesuai Alkitab? Jika tidak benar lupakan!
Teologi, umat Kristen perlu dibentuk menjadi dewasa, apakah teologi Barat itu tepat dengan kondisi di Indonesia yang Timur? Jika tidak tepat mengapa harus dipaksakan?
Kontekstual, umat Kristen diajak memahami budaya lokal dalam melaksanakan ibadahnya, apakah dalam ibadah membutuhkan penari tamborin? Jika tidak dibutuhkan tidak perlu ada yang harus disalahkan.
Misalnya dalam bentuk kebutuhan ibadah. Denominasi A menunjuk denominasi gereja B sesat. Gereja A menuding ibadah gereja C yang bertepuk tangan dan melompat itu tanpa Roh Kudus. Untuk apa menyoal bentuk ibadah gereja tertentu dengan dirinya yang berbeda?
Tak perlu dipersoalkan, bahwa ada yang gunakan piano, band, orkestra, penari, koor dalam ibadah, itu adalah kebutuhan masing-masing. Merasa tidak butuh band tetapi cukup piano, dipersilahkan. Bentuk ibadah tak perlu diukur melalui ontologi, dan seterusnya.
Salam Injili
Pdt. DR. Ronny Mandang, MTh.
Ketum PGLII – Persekutuan Gereja-Gereja dan lembaga-Lembaga Injili Indonesia
Leave a Reply