Perlahan tapi pasti, grafik kasus di tanah air bergerak naik. Diprediksi, gelombang keempat dimulai dengan dominasi subvarian BA.4 dan BA.5. Prokes dan vaksin pun kian digencarkan.
Jakarta, legacynews.id – Mencermati situasi beberapa waktu belakangan, ada hal yang boleh dibilang cukup memicu kembali rasa cemas. Betapa tidak. Suara raungan ambulans yang melaju dengan kecepatan tinggi kembali kerap bergema di beberapa kota di tanah air. Padahal, pemandangan ambulans yang wara-wiri di jalan perkotaan dengan kecepatan tinggi dan suara sirene yang memekik, itu tak lagi mudah didapati sejak Maret 2022.
Pada Maret itu, angka penularan harian Covid-19 memang telah menurun signifikan dibandingkan pada saat gelombang ketiga terjadi, terhitung sejak medio Januari 2022. Ketika itu, angka penularan harian yang sejak Oktober 2021 bertengger di kisaran puluhan hingga ratusan kasus, naik hingga 1.054 kasus.
Hanya berselang lima hari, jumlah infeksi harian meningkat menjadi 2.116. Tren kenaikan terus terjadi hingga puncaknya pada 16 Februari 2022, di mana infeksi harian virus corona di Indonesia mencapai angka 64.718 kasus. Jumlah itu bahkan lebih tinggi dari puncak-puncak gelombang sebelumnya, yakni gelombang pertama di 14.518 kasus dan gelombang kedua di 56.757 kasus.
Tren kasus di gelombang ketiga kembali menurun setelah mencapai titik puncak infeksi pada pertengahan Februari. Penurunan terjadi perlahan dari level 60 ribu, menjadi 50 ribu, 40 ribu, 30 ribu, terus menurun hingga menginjak 4 digit. Sejak 14 April, kasus infeksi harian pun stabil di kisaran 3 digit.
Bergerak seiring tren penurunan kasus infeksi, kecenderungan kasus kematian harian pun kemudian berangsur menyusut. Jika pada 8 Maret 2022 puncak kasus harian terekam sebanyak 401 kematian, maka di akhir gelombang tren fatalitas berkisar di angka 20-40 kasus per hari. Puncak angka kematian pada gelombang ketiga yang infeksinya didominasi varian Omicron, berada jauh di bawah gelombang dua yang disebabkan varian Delta, yakni sebanyak 2.069 kasus.
Leave a Reply