Gereja Bertindak Kurangi Angka KDRT Pada Anak-Anak

/script>

Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) pada rentang Januari hingga November 2023 terdapat 15.120 kasus kekerasan terhadap anak dengan 12.158 korban anak perempuan dan 4.691 korban anak laki-laki dimana kasus kekerasan seksual menempati urutan pertama dari jumlah korban terbanyak sejak tahun 2019 sampai tahun 2023.

Jakarta, legacynews.id – Kemajuan teknologi dan peradaban modern tidaklah menjadikan manusia semakin beradab, melainkan sebaliknya. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terjadi dalam keluarga ternyata sangat tinggi. Rumah dan keluarga bukanlah menjadi tempat yang aman bagi anak-anak. KDRT berdampak besar pada anak-anak, baik secara fisik, emosional, maupun psikologis. Sebuah peringatan bagi gereja yang merupakan komunitas iman yang mengajarkan kasih. Gembala sidang atau pendeta harus berperan untuk mengurangi angka KDRT dan melindungi anak-anak dari dampak buruk kekerasan. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh gereja untuk berkontribusi dalam menurunkan angka KDRT:

Gereja menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak dan keluarga yang terancam. melalui pelayanan sekolah minggu. Gereja bisa menyediakan ruang yang nyaman dan aman untuk anak-anak, serta relasi yang bersifat mendukung bagi orang tua. Gereja anak dibentuk untuk memuridkan anak-anak sejak dini mengenal dan berjumpa dengan Tuhan. Tentu dengan guru-guru sekolah minggu yang telah mendapat pelatihan.

Gereja berperan aktif mengadakan program yang mengajarkan orang tua tentang parenting atau  pengasuhan anak yang sehat, komunikasi yang baik, serta cara mengatasi konflik tanpa kekerasan. Dapat dilakukan secara berkala dan menjadi bagian diskusi dalam Kelompok Sel mendiskusikan isu KDRT, menawarkan dukungan, dan menciptakan rasa komunitas yang kuat. (jika perlu dukungan hubungi https://www.mailboxclubindonesia.org/)

Gereja harus membangun kesadaran melalui pendidikan seperti seminar, pelatihan, salah satunya adalah workshop Bapa Sepanjang Kehidupan (BSK) untuk anggota jemaat pria, termasuk cara mengenali tanda-tanda kekerasan, efeknya terhadap anak, dan langkah-langkah pencegahan. Dengan meningkatkan pemahaman, gereja dapat memobilisasi jemaat untuk bertindak ketika melihat tanda-tanda KDRT.

READ  Gereja Gunakan Teknologi Sebagai Alat Mencapai Misi

Warga gereja diingatkan kembali dalam menerapkan nilai-nilai kasih, hormat, dan keadilan berdasarkan pedoman Kitab Suci yang membentuk pola pikir jemaat gereja. Ayat-ayat yang menekankan pentingnya kasih sayang dan perlindungan harus menjadi bagian dari pengajaran gereja.

Gereja siap dengan Tim Konseling yang terdidik, Gereja menyediakan layanan konseling untuk keluarga yang mengalami masalah kekerasan. Ini termasuk pelatihan konselor atau pembimbing rohani yang dapat membantu individu dan keluarga menemukan jalan keluar dari situasi yang sulit.

Gereja menjadi rumah aman bagi anak-anak sekaligus rumah pembinaan bagai orang tua, ayah ibu yang memiliki kecenderungan melakukan tindakan KDRT terhadap anak-anak. Gembala Sidang atau pendeta memiliki peran penting dalam upaya mengurangi angka KDRT dan melindungi anak-anak dari kekerasan.

Dengan meningkatkan kesadaran melalui Kelompok Sel atau seminar-seminar yang dikhususkan, memberikan dukungan, membangun jaringan, dan menyebarkan ajaran kasih melalui tindakan, pengurus gereja dapat menjadi kekuatan yang positif dalam masyarakat. Melindungi anak-anak dan memastikan kesejahteraan mereka seharusnya menjadi prioritas bagi setiap gereja lokal, memupuk lingkungan yang mencerminkan nilai-nilai Kristiani dalam kasih dan perlindungan.

Pro Ecclesia Et Patria

Antonius Natan | Dosen STT LETS | Fasilitator Bapa Sepanjang Kehidupan

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*