Indonesia Jadi Pemain Penting di Pasar Ekspor Industri Aluminium

/script>

Indonesia kini menjadi pemain penting di pasar ekspor alumina, bahan untuk industri aluminium. Nilai tambah alumina empat kali lipat dari bauksit. Bila diolah jadi aluminium, nilai tambahnya 16 kali.

Jakarta, legacynews.id – Bumi Indonesia cukup kaya akan bauksit, bahan tambang untuk industri aluminium ingot. Deposit di Indonesia sekitar 1,2 miliar ton atau sekitar empat persen dari cadangan dunia. Setelah selama puluhan tahun lebih banyak mengekspor bauksit, Indonesia belakangan mulai masuk dalam jajaran negara produsen alumina, yakni produk olahan bijih bauksit yang tinggal selangkah lagi menjadi aluminium.

Dengan tiga smelter bauksit yang sudah beroperasi, Indonesia kini mampu memproduksi sekitar dua juta ton per tahun smelter grade alumina, nama dagang untuk alumina. Sebagian besar untuk pasar ekspor, dan hanya sekitar 25 persen dikonsumsi  oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang berkedudukan di Asahan Sumatra Utara.

Sesuai dengan amanah UU nomor 4  tahun 2009  tentang Mineral dan Batu Bara (Minerba), dan peraturan turunannya, sejak 2014 semua komoditas mineral harus didorong diekspor dalam bentuk olahan. Hanya saja, industri olahan itu tidak bisa cepat digelar karena selain mensyaratkan lokasi dekat sumber bahan baku, juga pasokan listrik yang besar. Hal tersebut membuatnya mahal.

Belakangan, satu per satu industri smelter bauksit pun bermuncul. Mula-mula  PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), anak perusahaan PT Aneka Tambang yang membuka industrinya di Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan  Barat. PT ICA mulai berproduksi 2017. Industri kedua yang muncul adalah PT  Well Harvest Winning Alumina Refinery (patungan Indonesia-Tiongkok) di Kendawang, Ketapang, Kalimantan Barat. Well Harvest mulai beroperasi 2018.

Pendatang ketiga adalah PT Bintan Alumina Indonesia (BAI), di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Bintan, Kepulauan Riau, yang berkongsi dengan investor Tiongkok. Masih ada sejumlah industri alumina yang sedang dibangun. Bila semua beroperasi, maka produksi alumina Indonesia mencapai 4,6–5 juta ton per tahunnya.

READ  Pencairan Bansos PKH Tahap 3 Mulai Dilakukan Juli 2023

Dalam kunjungan kerjanya di Provinsi Kepulauan Riau, Selasa (25/1/2022), Presiden Joko Widodo sempat meninjau industri PT Bintan Alumina Indonesia (BAI). Perusahaan itu mestinya beroperasi 2020, tapi karena pandemi Covid, ia baru bisa beroperasi 2022. Didampingi Menko Perekonomian, pada kunjungannya ke KEK Batang Galang, Presiden Jokowi sempat melepas ekspor perdana PT BAI untuk 2022 sebesar 21.000 ton dengan nilai Rp105 miliar.

“Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, pada sore hari ini saya luncurkan pelepasan ekspor perdana 2022 smelter grade alumina produksi PT Bintan Alumina Indonesia,” kaya Presiden Jokowi, seperti ditayangkan Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (25/1/2022).

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*