“Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! 1 Korintus 10:11
Banyak kasus hamba Tuhan yang dianggap sudah berhasil (ada yang menyebut telah menjadi hamba Tuhan besar), segala-segalanya telah tercukupi. Tentu saja semua yang terjadi karena kesetiaannya melayani Tuhan Yesus. Tetapi mengapa ketika sedang dipuncak malah jatuh?
Setiap orang bisa menilai salah atas kasus yang seperti itu, tetapi Tuhan tidak. Yang pasti, kejatuhan hamba Tuhan saat berada di posisi puncak bukan cerita baru, apalagi mengada-ada. Hanya Tuhan yang paling tahu sebabnya seseorang yang sedang berada di puncak keberhasilan sampai jatuh.
Umumnya manusia akan cepat memberi kesimpulan jika melihat atau mengetahui seorang hamba Tuhan yang sedang berada dipuncak keberhasilan malah jatuh. Tentang kasus jatuhnya seorang hamba yang dianggap berhasil sangat banyak.
Namun ada suatu hal yang mungkin jarang terpikirkan, atau juga kalau tahu tetapi dianggap tidak mungkin oleh seseorang yang telah berhasil, apakah itu? Jika di sekolah seorang murid naik kelas, dari kelas 4 ke kelas 5 tentu harus melalui ujian terlebih dahulu.
Nah, ketika seorang hamba Tuhan mulai diberkati, ambil contoh soal jumlah jemaat, dari anggota jemaat 100 orang menjadi 1000 orang, itu dihasilkan karena jering juang dan kesetiaan. Lalu dari 1000 orang menjadi 10.000, tambah lagi menjadi 20.000 orang dan diri hamba Tuhan itu mulai disebut-sebut, hamba Tuhan besar, sukses, berhasil apa pun istilahnya, tetapi di saat ia berada si puncak tanpa diduga terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki, ia jatuh dan ramai dipercakapkan.
Tentu ada satu hal yang tidak terpikirkan, karena jika seseorang diberkati dari 100 ke 1000, ia harus tingkatkan iman, kehati-hatian dan kesadarannya ke level 1000. Dari 1000 bertambah ke 10.000 ia juga harus tingkatkan level iman, kehati-hatian dan kesadarannya hingga pada level 10.000.
Sayangnya, jika ada hamba Tuhan yang telah diberkati hingga pada ke level 10.000, tetapi imannya dan kesadarannya masih berada di level 1000 alias tidak naik kelas.
Maka di situasi itu, hamba Tuhan tersebut tidak mampu mengelola berkat yang berlimpah, dan mulai terbuka celah akan hal-hal yang menggodanya, yang terjadi tanpa ia sadari dan prosesnya perlahan namun pasti, seperti seorang pengemudi bajaj diberi jet tempur yang tidak dikuasai, di situ ia jatuh.
Artinya, jatuh saat berada di puncak berkat Tuhan Yesus. Hal yang perlu ingat, jangan pernah merasa sangat teguh berdiri, karena jika tidak hati-hati ia akan jatuh.
Salam Injili
Pdt. DR. Ronny Mandang, MTh.
Ketum PGLII – Persekutuan Gereja-Gereja dan lembaga-Lembaga Injili Indonesia
Leave a Reply