Nilai PISA Rendah: Apakah Pendidikan Indonesia Terpuruk?

/script>

Pendidikan merupakan awal fondasi pembangunan suatu bangsa, dan Indonesia sedang menghadapi masalah serius dalam sektor pendidikan, yang tercermin dari nilai rendah pada Program for International Student Assessment (PISA).

Jakarta, legacynews.id – Pendidikan memainkan peranan penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global dan membangun masa depan yang lebih baik. Program for International Student Assessment (PISA) adalah alat ukur yang digunakan secara internasional untuk mengevaluasi keterampilan dan pengetahuan siswa berusia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains. Nilai PISA Indonesia yang rendah menunjukkan bahwa sistem pendidikan di negara ini perlu dievaluasi dan diperbaiki. Apa faktor-faktor yang menyumbang pada rendahnya nilai PISA Indonesia, serta dampak yang ditimbulkan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk perbaikan.

Hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 diumumkan  pada 5 Desember 2023, dan Indonesia berada di peringkat 68 dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371).

PISA tidak hanya mengukur pengetahuan akademis siswa, tetapi juga kemampuan mereka untuk menerapkan pengetahuan dalam situasi kehidupan nyata. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kualitas pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh kurikulum, tetapi juga oleh cara pengajaran, infrastruktur pendidikan, dan faktor sosial-ekonomi (OECD, 2019).

Penyebab Rendahnya Nilai PISA Indonesia

Indonesia merupakan negara besar dan sangat luas, laut memisahkan dan pegunungan merupakan tantangan tersendiri. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kualitas guru yang menjadi pengajar di sekolah-sekolah di desa-desa dan perkotaan Indonesia sangat bervariasi. Banyak guru yang tidak memiliki pelatihan yang memadai untuk menerapkan metode pengajaran yang efektif.

READ  Dampak IQ Rata-Rata 84 & Pengembangan Gen Z Dalam Gereja

Kurikulum pendidikan di Indonesia sering kali lebih menekankan pada hafalan dan persiapan ujian, ketimbang pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis, yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dunia nyata.

Walaupun dalam 10 tahun terakhir sangat terasa pembangunan infrastruktur, jalan-jalan di berbagai pelosok, diluncurkannya Palapa Ring yang menjadi jembatan udara, dengan memperkuat signal telekomunikasi dan sosial media. Keterbatasan akses masih terasa terhadap sumber daya pendidikan, termasuk buku pelajaran, teknologi, dan fasilitas fisik yang memadai, di daerah terpencil membuat proses pembelajaran menjadi terhambat.

Pola pendidikan yang sangat kompetitif, dari masa penjajahan hingga kemerdekaan RI masih terasa, tercermin dalam penilaian lebih ditekankan pada nilai dan hasil ujian, dapat menyebabkan stres pada siswa dan mengalihkan fokus mereka dari proses belajar yang menyenangkan.

Implikasi dari Nilai PISA yang Rendah

Rendahnya keterampilan dasar yang diindikasikan oleh nilai PISA dapat menyebabkan lulusan tidak siap menghadapi tantangan dunia kerja, berpotensi memperburuk angka pengangguran, terutama di kalangan pemuda.

Ketidakmerataan dalam kualitas pendidikan menciptakan ketimpangan yang lebih besar dalam masyarakat, di mana anak-anak dari latar belakang kaya memiliki akses lebih baik dibandingkan dengan mereka dari latar belakang rendah.

Langkah-Langkah Perbaikan

Pemerintah harus terus menerus memperbarui kurikulum untuk lebih menekankan pengembangan keterampilan berpikir kritis, inovatif, dan kolaboratif.

Masyarakat atau gereja mengadakan program pelatihan berkelanjutan bagi guru untuk meningkatkan metode pengajaran dan pedagogi yang digunakan di kelas.

Upaya bersama korporasi meningkatkan infrastruktur pendidikan, termasuk akses internet, alat belajar, dan fasilitas fisik yang memadai.

Cendekiawan hendaknya turut mengembangkan program yang menekankan kesejahteraan akademis dan emosional siswa, serta membangun keterampilan hidup yang esensial.

Rendahnya nilai PISA di Indonesia adalah gambaran dari berbagai tantangan yang dihadapi dalam sistem pendidikan. Dengan memahami penyebab di balik fenomena ini dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang berfokus pada peningkatan kualitas pengajaran, kurikulum, dan infrastruktur, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Hal ini penting tidak hanya untuk kepentingan akademis siswa, tetapi juga untuk masa depan bangsa secara keseluruhan. Gereja hendaknya terpanggil untuk memberikan solusi.

READ  Indonesia Sebagai Tuan Rumah ASEAN Para Games (APG) 2022

Pro Ecclesia Et Patria

Antonius Natan | Dosen STT LETS | Fasilitator Bapa Sepanjang Kehidupan

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*