Jakarta, legacynews.id – Dunia keuangan tumbuh bersama manusia sejak manusia memiliki ketergantungan satu dengan yang lain. Sebagai praktisi perbankan, kami mempelajari bahwa dunia keuangan merupakan warisan sejak zaman Babilonia. Pada zaman itu manusia memanfaatkan transaksi tukar menukar barang menjadi transaksi dengan emas atau perak dan terus berubah menjadi mata uang dan saat ini kita kenal cek atau giro, kemudian menjadi Mobile Banking, transaksi perbankan virtual dll.
Dengan modernisasi terjadi perubahan alat pembayaran dengan menggunakan kartu kredit, kartu debit atau tap n go dan QRIS. Pembelian apa pun menjadi mudah seperti Pembelian rumah menggunakan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah. Untuk korporasi dan perdagangan menggunakan fasilitas Kredit Komersial hingga Kredit Tanpa Agunan, dll. Saat ini marak dengan Pinjaman Online atau Pay later yang dapat memutuskan pemberian kredit dalam waktu beberapa menit tanpa harus bertemu.
Perkembangan zaman memudahkan pribadi maupun korporasi. Perkembangan model transaksi secara elektronik sangat pesat, fisik uang dan barang tidak terlihat. Atau bahkan fisik yang sama diperdagangkan berkali-kali. Dan transaksi dilakukan tidak secara tunai lansung. namun ada yang menggunakan pembayaran kemudian (term of payment) hingga kredit. Dengan kata lain munculnya hutang dengan jaminan maupun tanpa jaminan. Apakah ada yang salah atau Apakah ada yang tidak sesuai Alkitab?. Semua jawaban tentu tergantung dari sisi mana penafsiran masing-masing.
Hutang Wajib Dikembalikan
Mempelajari soal hutang piutang, bisa dipelajari apa yang terjadi sesuai pembahasan dalam Kitab Suci. Dalam Perjanjian Baru Roma 13:8a Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi.
Paulus mengajarkan agar orang Kristen “tidak berhutang”. Tetapi perlu diperhatikan perikop dari ayat 8 tidak terpisah dari perikop sebelumnya, seperti yang dinyatakan pada Roma 13:7 a Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar.
Konteks perintah “jangan berhutang” dalam ayat 8, adalah: “Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar; ….”. Pemahamannya adalah jangan menunggak jika berhutang, apalagi tidak melunasinya.
Mengenai konsep bunga yang dikenakan terkait hutang. Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyatakan bahwa bunga atas hutang adalah hal yang wajar dan pantas untuk hutang. Perhatikan Amsal 28:8 8 Siapa memperbanyak hartanya dengan riba dan bunga uang, mengumpulkannya bagi orang yang berbelas kasih kepada orang miskin.
Matius 25:27Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Persoalannya adalah bagaimana pemanfaatan terhadap uang yang kita miliki. Tuhan mengajarkan agar harta kita untuk dimanfaatkan atas kemaslahatan orang banyak. Kita perlu berbagi dan melakukan tindakan diakonia.
Alkitab Soroti Kemurahan Hati Pemodal
Masalah kemiskinan menjadi sorotan pada masa lampau dalam pola hidup di Timur Tengah, khususnya Kaum Ibrani. Karena tidak adilnya penguasa modal. Hukum Taurat melarang bunga karena dianggap sebagai penindasan. Hutang dari orang-orang miskin harus dilakukan pembedaan.
Perhatikan yang tertulis dalam Imamat 25
35 “Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya ia dapat hidup di antaramu.
36 Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba dari padanya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup di antaramu.
37 Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kauberikan dengan meminta riba.
38 Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, untuk memberikan kepadamu tanah Kanaan, supaya Aku menjadi Allahmu.
Hukum ini memiliki banyak implikasi sosial, dan ada dua sisi yang perlu kita pelajari dengan seksama.
Pertama, hukum ini mengajarkan pemilik modal tatkala meminjamkan uang. Tidak mengenakan bunga kepada orang miskin sebagai bentuk murah hati dan berbelas kasih.
Kedua, hukum ini mengatur agar orang miskin tidak terbebani dengan bunga. Untuk hidup saja susah, membayar kembali susah jika ditambah bunga, maka kesusahannya akan bertambah.
Persoalannya apakah sebagai orang Kristen menerapkan Ayat Kitab Suci tersebut? dan apakah ayat tersebut masih relevan pada jaman ini?
Pemiliki modal atau yang memiliki kekayaan diharapkan dapat membantu yang kekurangan. korporasi menyalurkan dana CSR (Corporate Social Responsibility) untuk keperluan membantu sesama manusia.
Konteks dalam teks tersebut menimbulkan beberapa tafsir dari berbagai sudut pandang teologi. Pada akhirnya keputusan ada pada setiap individu untuk mengelola uang secara bijak.
Bijak Mengelola Keuangan
Jadi konsep hutang-piutang di sini adalah bentuk transaksi masa kini yang memudahkan arus kas dalam perdagangan dan memfasilitasi kebutuhan kepemilikan rumah, mobil bahkan dalam belanja sehari-hari untuk kebutuhan rumah tangga.
Pengelolaan keuangan yang baik, mewujudkan setiap orang untuk dapat memiliki sesuatu di awal walaupun belum memiliki uang. Fasilitas kredit perbankan memungkinkan itu terjadi. Telah membentuk budaya baru bagi manusia modern. Orang seakan berlomba melakukan pembelian secara kredit. Seperti membeli rumah karena ada valuasi atau nilai yang terjadi beberapa tahun kemudian berbeda lebih tinggi itulah yang disebut margin atau keuntungan.
Jika tetap menabung, maka valuasi tergerus oleh inflasi dan barang yang mau dibeli harganya juga sudah lebih tinggi. Maka sistem fasilitas kredit justru marak digunakan oleh konsumen. dan perbankan memberikan banyak kemudahan.
Jadi kredit perbankan sebaiknya digunakan untuk pembelian alat produksi sebagai aset yang menghasilkan, sehingga melalui belanja modal akan memberikan penghasilan sekaligus mampu menutup pembayaran hutang dan bunga kredit.
Yang tidak disarankan adalah jika menggunakan fasilitas kredit untuk kebutuhan konsumsi, wisata, bersenang-senang atau pesta pora. Karena dana akan habis termakan dan ujungnya memiliki hutang ditambah bunganya tanpa memiliki aset atas fasilitas kredit yang diambil. Sebagai orang percaya Tuhan Yesus kita harus bijak!
Mari hidup berpadan dengan apa yang ada, bijak mengelola keuangan. Disiplin menggunakan uang dengan hikmat Tuhan. Belajar menabung dan terus bersyukur atas kasih karunia yang Tuhan berikan. pada akhir jaman akan terjadi kesusahan besar. Maka kita melatih diri dari saat ini.
2 Tim 3: 1 dan 2 “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang…”
Pro Ecclesia et Patria
Antonius Natan | Staf Ahli Ketum PGLII
Leave a Reply