
Ulangan 6:7
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

Saat ini Gen Z rentan terhadap gangguan kesehatan mental, seperti gangguan tidur, perubahan pola makan dan kecanduan teknologi. Tekanan sosial dan paparan konten negatif di media sosial dapat menyesatkan cara berpikir dan melihat masa depan.
Jakarta, legacynews.id – Generasi Z merujuk pada kelompok individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Suatu generasi yang tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital dan artifisial intelijen. Generasi ini dikenal dengan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap teknologi dan informasi, serta memiliki karakteristik unik yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya.
Dikutip dari Hasil Sensus Penduduk Tahun 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa, setara dengan 27,94 persen dari total populasi penduduk di Indonesia. Sementara itu, jumlah penduduk paling dominan kedua berasal dari Generasi Milenial sebanyak 69,38 juta jiwa penduduk yakni sebesar 25,87 persen. Setelah gen Z adalah Generasi Alpha yang juga menjadi penentu kebijakan strategis di masa depan. Bukan tanpa alasan jika Generasi Z dan Generasi Alpha diharapkan menjadi penerus kepemimpinan, sebagai tumpuan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Pentingnya Keterampilan Interpersonal
Keterampilan interpersonal adalah kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Keterampilan ini mencakup kemampuan mendengarkan, empati, negosiasi, dan kerja sama tim. Dalam dunia global yang semakin terhubung dan kompleks, keterampilan interpersonal menjadi sangat penting, baik dalam lingkungan kerja maupun kehidupan sosial. Generasi Z, walau mahir dalam komunikasi digital, perlu mengembangkan keterampilan Emotional Quotient untuk menggapai mimpi dan masuk dalam dunia yang semakin menantang.
Generasi Z dikenal sebagai “digital natives” atau nyaman menggunakan teknologi seperti komputer, laptop, dan perangkat mobile, serta platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dll. Karena mereka tumbuh dengan akses yang hampir tak terbatas ke teknologi digital. Gen Z terbiasa dengan media sosial, aplikasi pesan instan, dan berbagai platform digital lainnya. Situasi menjadikan sangat mahir dalam komunikasi berbasis teks dan visual, sebaliknya sangat kurang dalam frekuensi interaksi tatap muka yang dapat mengasah keterampilan interpersonal.
Tantangan dalam Komunikasi Interpersonal
Meskipun generasi ini memiliki keunggulan dalam teknologi, mereka menghadapi tantangan dalam komunikasi interpersonal. Ketergantungan pada komunikasi digital dapat mengurangi kemampuan mereka untuk membaca isyarat non-verbal, seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh, yang penting dalam interaksi langsung. Selain itu, kurangnya pengalaman dalam situasi sosial yang kompleks dapat menghambat kemampuan mereka untuk bernegosiasi dan menyelesaikan konflik secara efektif.
Dalam marketplace (dunia kerja), keterampilan interpersonal sangat penting untuk membangun hubungan profesional yang kuat, bekerja dalam tim, dan memimpin dengan efektif. Perusahaan mencari individu yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga mampu berkomunikasi dengan baik, bersinergi, dan menunjukkan empati terhadap rekan kerja dan klien. Generasi Z perlu mengembangkan keterampilan ini untuk meningkatkan daya saing di pasar kerja.
Keterampilan interpersonal dalam kehidupan sosial. Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif dapat meningkatkan kualitas hubungan pribadi dan sosial. Ini termasuk kemampuan untuk membangun jaringan sosial yang kuat, menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif, dan menunjukkan empati serta pengertian terhadap orang lain. Keterampilan ini berkontribusi pada kesejahteraan emosional dan sosial individu.
Pengembangan Keterampilan Interpersonal
Pendidikan memainkan peran penting dalam pengembangan keterampilan interpersonal. Kurikulum silabus dirancang dengan baik harus mencakup pembelajaran berbasis keterampilan yang menekankan pada komunikasi, kerjasama tim, dan pemecahan masalah. Penggunaan metode pembelajaran aktif, seperti diskusi kelompok dan proyek bersama dalam kelompok, dapat membantu Gen Z mengasah keterampilan interpersonal.
Pelatihan dan lokakarya yang difokuskan pada pengembangan keterampilan interpersonal dapat memberikan kesempatan bagi Generasi Z untuk belajar dan berlatih dalam lingkungan yang terstruktur. Program dapat mencakup simulasi situasi sosial, role-play, dan latihan komunikasi seperti focus group discussion yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan, berbicara, dan bernegosiasi.
Orang tua dan gereja berperan penting dalam mengembangkan keterampilan interpersonal pada Generasi Z. Orang tua dapat memberikan contoh komunikasi yang baik, mendorong anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan sosial, dan memberikan dukungan serta umpan balik yang konstruktif. Gereja mendukung melalui kelompok sel, kegiatan kerohanian, memberi peluang bagi Gen Z menjadi pelayan dalam ibadah raya di gereja. Gereja membuka aktivitas kunjungan sosial, seperti ke panti asuhan, panti jompo, pelayanan bezuk orang sakit dll. dapat menyediakan landasan bagi generasi ini untuk berinteraksi dan belajar dari orang lain.
Hendaknya institusi pendidikan melaksanakan program yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan interpersonal generasi Z. Misalnya, sekolah-sekolah yang mengadopsi pendekatan pembelajaran berbasis proyek memungkinkan anak didik untuk bekerja dalam tim dan menyelesaikan masalah secara kelompok dan bersinergi satu dengan lainnya. Program mentoring dan kegiatan ekstrakurikuler dapat memberikan kesempatan bagi Gen Z untuk berlatih keterampilan interpersonal dalam konteks yang nyata.
Perusahaan juga dapat memainkan peran dalam pengembangan keterampilan interpersonal generasi Z melalui program pelatihan dan pengembangan. Beberapa perusahaan telah mengadopsi program onboarding, outing, yang mencakup pelatihan komunikasi dan kerja tim. Selain itu, program pengembangan kepemimpinan yang menekankan pada keterampilan interpersonal dapat membantu karyawan muda untuk tumbuh dan berkembang dalam peran mereka pada korporasi.
Pro Ecclesia Et Patria
Leave a Reply