“Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat” Efesus 5:22-23 TB
Jakarta, legacynews.id – Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus membahas hubungan suami istri dalam terang kasih Kristus (Efesus 5:22–33). Ia mengutip Kejadian 2:24: “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Namun, Paulus menambahkan bahwa makna terdalam dari kesatuan ini bukan hanya pernikahan manusia, tetapi melambangkan hubungan Kristus dengan jemaat-Nya. Ini menunjukkan bahwa pernikahan memiliki dimensi rohani yang lebih dalam, yang mencerminkan kasih dan pengorbanan Kristus.
“Menjadi satu daging” (εἰς σάρκα μίαν – eis sarka mian)
Frasa ini secara harfiah berarti penyatuan eksistensial, bukan hanya fisik tetapi juga batin dan rohani. Dalam pernikahan, ini menunjuk pada persekutuan yang intim, komitmen, dan kesatuan tujuan. Dalam konteks rohani, “satu daging” menunjuk pada persekutuan umat percaya dengan Kristus suatu kesatuan yang lahir dari kasih dan penebusan. Ini menggambarkan bagaimana hubungan suami istri seharusnya mencerminkan hubungan yang lebih besar antara Kristus dan gereja-Nya.
“Rahasia ini besar” (τὸ μυστήριον τοῦτο μέγα ἐστίν – to mystērion touto mega estin)
Dalam tulisan Paulus, “rahasia” (mystērion) tidak berarti sesuatu yang tidak bisa dimengerti, tetapi kebenaran ilahi yang sebelumnya tersembunyi dan kini dinyatakan melalui Kristus. “Rahasia besar” di sini adalah bahwa pernikahan manusia merupakan lambang dan cerminan dari kasih Kristus terhadap jemaat. Ini adalah pengungkapan dari rencana Allah yang lebih besar, di mana pernikahan menjadi ikon dari hubungan penebusan antara Kristus dan umat-Nya.
Tahukah Anda Dalam Pernikahan Ada Rahasia Besar
Dari perspektif teologis, ayat ini dapat dipahami sebagai berikut: Pernikahan bukan sekadar institusi sosial, sebagai mandat ilahi, melainkan sebuah ikon Rohani sebuah sakral simbol dari relasi penebusan antara Kristus dan umat-Nya. Ketika seorang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, itu melambangkan inkarnasi Kristus yang meninggalkan kemuliaan-Nya demi bersatu dengan manusia (Yohanes 1:14). “Menjadi satu daging” menunjuk pada penyatuan Kristus dengan jemaat melalui Roh Kudus dan iman, seperti ranting yang melekat pada pokok anggur (Yohanes 15:5). Maka, relasi suami istri yang sejati adalah refleksi hidup dari Injil kasih yang rela berkorban, yang kudus, dan yang menyatukan.
Bagi suami istri: Pernikahan bukan sekadar kebersamaan emosional, tetapi panggilan rohani untuk menampilkan kasih Kristus. Ini menuntut komitmen untuk saling mengasihi dengan pengorbanan dan kesetiaan yang mencerminkan kasih Kristus kepada gereja.
Ketika Paulus menyebutnya “rahasia besar”, ia sedang menyingkapkan bahwa kasih suami istri adalah jendela menuju kasih Kristus. Setiap pernikahan Kristen dipanggil untuk menjadi bayangan kecil dari persekutuan besar antara Sang Mempelai Pria surgawi dan mempelai-Nya, yaitu gereja. Maka, semakin dalam kita memahami pernikahan, semakin dalam pula kita memahami Injil. Pernikahan menjadi sarana untuk menghidupi dan menyaksikan kasih Kristus yang menyelamatkan dan menyatukan. Dengan demikian, pernikahan bukan hanya tentang kebahagiaan pribadi, tetapi juga tentang misi ilahi untuk mencerminkan kasih Kristus kepada dunia.




Leave a Reply