“Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.”
Injil bukan makanan kaleng yang dapat diimpor atau diekspor dalam suatu kemasan, tetapi soal proklamasikan kuasa Kristus yang tidak dapat dibatasi oleh kuasa manusia bahkan kuasa iblis.
Injil bukan makanan kaleng yang siap dikirim dan dikonsumsi berdasarkan alamat le tujuan pengiriman.
Injil adalah kuasa Allah yang hidup, bebas dan bergerak, ia bukan makanan yang dibekukan dan ditaruh dalam kulkas.
Ketika seseorang belajar dikelas-lelas misi dan pekabaran Injil, sangat perlu dipahami bahwa Injil bukan sekedar ilmu, rumusan dan teori, tetapi ketaatan dan penyerahan diri yang totalitas di dalam kuasa dan kepada Kristus.
Sering terjadi pelajaran misi dan pekabaran Injil yang dicatat dalam kertas berlembar-lembar bahkan dipandang sebagai metode yang unggul, dalam praktiknya tidak berlaku.
Pekabaran Injil harus bergantung Roh Kudus yang hidup dan berkarya tanpa diduga atau diketahui manusia.
Injil mendobrak hati manusia yang keras, sistem melawan Allah, dan menghancurkan semua pekerjaan iblis.
Benar bahwa seorang pekabar Injil hanya sebagai perantara, pembawa pesan Kabar Baik, tetapi hal itu tidak berarti bahwa Injil ibarat makanan beku yang tinggal dipanaskan, atau makanan siap saji yang tinggal disantap.
Injil adalah kuasa Allah yang membawa perubahan dalam suatu bangsa, mengubah kutuk menjadi berkat, mengubah pembangkangan menjadi kesetiaan.
Jika kita adalah pekabar Injil, kita tidak mengimpor budaya Barat melainkan menjadikan diri sendiri, seperti yang dikehendaki Kristus. Yesus memberitakan Injil melepaskan yang lemah, sembuhkan yang sakit, dan itulah kuasa pekerjaan Kristus di dalam Injil.
Salam Injili
Pdt. DR. Ronny Mandang, MTh.
Ketum PGLII – Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia
Leave a Reply