Kendati tetap mewaspadai gejolak eksternal, stabilitas sistem keuangan Indonesia dalam kondisi normal.
Jakarta, legacynews.id – Kini, wajah pelaku bisnis bisa jadi tengah semringah. Pasalnya, laporan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memberikan jaminan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat, termasuk selama kuartal pertama tahun ini.
Wajar saja muncul kekhawatiran dari pelaku bisnis terhadap kondisi perekonomian global yang suram, menyusul pecah perang di dataran Eropa antara Rusia dan Ukraina, termasuk dampak dari wabah Covid-19.
Dampak dari perang Rusia dan Ukraina, mulai terlihat dengan kebijakan bank sentral AS (The Fed) yang melakukan aksi berupa menaikkan suku bunga. Sejumlah tekanan eksternal itu tak meluruhkan Bank Indonesia (BI).
Seperti disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo, pihaknya dalam merespons dinamika global, termasuk penaikan suku bunga The Fed, Bank Indonesia terlebih dalu akan melakukan langkah-langkah awal seperti pengurangan likuiditas atau yang sering disebut dengan tapering off, sebelum mengerek suku bunga.
Untuk pengurangan likuiditas ini, BI sudah melakukannya sejak 1 Maret dengan menaikkan kewajiban setoran giro wajib minimum (GWM) oleh perbankan. “Jadi, kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia dalam mengatasi kondisi eksternal adalah, pertama stabilisasi nilai tukar, normalisasi likuiditas, dan kemudian sesuai perkiraan inflasi adalah bagaimana menakar suku bunga,” ujar Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022 di Jakarta, Selasa (13/4/2022).
Sejauh ini, dia menambahkan, BI akan mempertahankan di level 3,5 persen hingga ada tanda-tanda kenaikan inflasi ke depan. Sebagai informasi, level suku bunga acuan 3,5 persen sudah berlangsung sejak Februari 2021.
Leave a Reply