Anda mungkin bertanya pada diri sendiri, “Di mana harapannya”?
Berita yang penuh dengan orang-orang yang mati-matian saling mencabik-cabik, dan sering, begitu pula komunitas, gereja, dan bahkan keluarga kita. Masyarakat memberi tahu bahwa kita harus memihak. Terkadang kita hanya merasa tersesat.
Terima kasih Tuhan! Paskah sudah dekat, dan dengan itu datang pengingat tahunan bahwa kita punya alasan untuk berharap. Kami memiliki alasan untuk berharap bahwa kekerasan akan berakhir dan perpecahan akan berhenti, dan yang paling pasti, yang hilang akan ditemukan.
Terlepas dari kekurangan kita yang terus-menerus sebagai masyarakat dan individu yang tersesat secara bawaan, Yesus membuat jalan melalui kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya agar anak-anak-Nya dapat ditemukan. Kasih Tuhan mencari semua orang, terlepas dari warna kulit, kelas, atau budaya mereka. Kebenaran Paskah ini adalah harapan kita. Dan ketika kita ditemukan oleh Tuhan, kita dapat berperan dalam membawa pengharapan yang mulia itu ke dunia yang terhilang.
Identitas baru kita di dalam Kristus memberdayakan kita untuk bergabung dengan saudara dan saudari kita dalam iman dan menyebarkan berita Injil ini saat kita “memelihara kesatuan Roh melalui ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:3). Beban Yesus bagi kita menjadi beban kita bagi dunia, dan keinginan kita yang bersatu seharusnya adalah melihat yang terhilang pulang.
Identitas baru yang penuh harapan ini juga mengubah pemahaman kita tentang nilai kita sendiri dan nilai orang lain sebagai pembawa gambar Allah. Kita dapat melihat diri kita sendiri melalui mata-Nya — duta rekonsiliasi, seolah-olah Kristus Yesus membuat seruan-Nya melalui kita kepada dunia, seperti yang dibagikan Paulus dalam 2 Korintus 5:20. Kita dapat membuat seruan ini dengan menunjukkan kemurahan hati yang sama yang ditunjukkan Kristus kepada kita kepada orang lain terlepas dari, dan kadang-kadang karena, warna kulit, kelas atau budaya mereka — ini adalah konsep yang saya sebut Gracism.
Gracist menunjukkan kepada tunawisma secara fisik, spiritual, etnis, dan sosial bahwa mereka memiliki rumah di dalam Kristus. Mereka mengesampingkan bias dan prasangka mereka untuk mengangkat dan mendukung orang lain, untuk menghormati dan merayakan mereka tidak peduli betapa berbedanya mereka. Gracist menutupi kesalahan tetangga mereka; mereka tidak memajangnya untuk dilihat dan dinilai dunia. Mereka mempertimbangkan perspektif dan keinginan orang lain, dan mereka berbagi jaringan dan sumber daya dengan mereka. Gracist menunjukkan kepada yang terhilang bahwa mereka memiliki alasan untuk berharap, terlepas dari keadaan yang tampaknya tanpa harapan di sekitar mereka.
Mereka yang tidak mengenal Kristus dapat belajar bahwa ketika mereka menerima kasih karunia-Nya, mereka dapat dijadikan baru — dengan keluarga baru, rumah baru, dan harapan baru di dalam Dia.
Musim Paskah ini, alih-alih menyerah pada tekanan untuk memihak di tengah perpecahan dan kehancuran, berpegang teguh pada harapan yang Kristus berikan dengan bebas kepada mereka yang memiliki rumah di dalam Dia. Pilih untuk berpegang teguh padanya dan menyebarkannya — ingat misi Anda untuk memperluas harapan itu di bumi seperti di Surga. Rekan-rekan pembawa gambar terluka; terlalu banyak saudara dan saudari kita menjadi sasaran diskriminasi hanya karena warna kulit, kelas atau budaya. Tetapi ketika kita merangkul Gracism, kita dapat membantu menggagalkan serangan ini dan bermitra dengan Kristus saat Dia memulihkan harapan kita dan mempersiapkan rumah kita bersama-Nya.
Pertolongan-Nya yang tak ternilai tidak pernah habis, dan perayaan kebangkitan Kristus tahunan kita adalah saat yang tepat untuk membagikannya.
CP – David Anderson, Op-ed contributor, seorang pendeta, penulis , dan pendiri serta presiden Gracism Global .
Leave a Reply