Dari dua Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang sedang dibangun, ada potensi tambahan air bersih sebesar 5.000 liter/detik ke Jakarta. Masih tidak cukup, tapi eksploitasi air tanah bisa berkurang.
Jakarta, legacynews.id – Problem klasik di wilayah DKI Jakarta ialah penyediaan air bersih. Puluhan tahun problem laten ini tak kunjung terpecahkan. Penambahan kapasitas penyediaan air bersih dari tahun ke tahun tidak cukup besar untuk memenuhi lonjakan kebutuhan yang selalu ada. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang ada, sampai 2021 baru memproduksi 20,75 m3 /detik dan menjangkau 907 ribu pelanggan.
Keterbatasan sumber air baku membuat produksi air bersih di Jakarta sulit digenjot lebih tinggi lagi. Sungai-sungai yang mengalir melewati Jakarta sudah terlalu tercemar sehingga hanya dapat menyumbang 6 persen dari kebutuhan air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) DKI Jakarta. Sebagian besar pasokan air baku datang dari Bendungan Jatiluhur. Sepanjang 2013–2019, menurut Portal Statistik DKI Jakarta, kenaikan produksi air bersih PDAM rata-rata hanya 1,7 persen per tahun.
Padahal, dengan jumlah penduduk yang terus saja bertambah dan kini mencapai sekitar 11 juta jiwa, ada terdapat sekitar 2,5 juta unit hunian di wilayah Jakarta yang perlu mendapat pasokan air bersih. Termasuk di dalamnya ribuan unit hunian dari tower-tower apartemen dan rumah susun. Hunian ini menyumbang 85 persen dari jumlah seluruh pelanggan, tapi hanya mengonsumsi 55 persen produksi PDAM. Porsi 45 persen lainnya mengalir ke perkantoran swasta dan pemerintah, pusat-pusat niaga, ruko, rumah makan, hotel, serta bangunan lainnya.
Sebagian warga Jakarta, juga perkantoran, hotel dan bangunan komersial, mengandalkan pasokan air tanah. Apa pun kualitasnya. Situasi ini tak bisa dibiarkan berkepanjangan. Fenomena subsidensi (amblesnya permukaan tanah) di kawasan utara Jakarta, yang berlangsung dengan laju 7 cm per tahun, adalah buah dari eksploitasi terhadap air tanah selama puluhan tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan diperlukan pasokan air baku yang besar, agar PDAM DKI Jakarta dapat meningkatkan produksinya sampai 33,750 m3/detik pada 2030. Dengan jumlah itu, cakupan layanan PDAM bisa mencapai 100 persen. Persoalannya, dari mana sumber air baku untuk produksi 13.000 lier atau 13 m3/detik air bersih itu.
Kebuntuan itu mulai terpecahkan, setidaknya untuk sebagian, ketika pada 2021 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mewakili pemerintah pusat, dan Pemprov DKI duduk satu meja serta menyepakati skema tambahan air baku dari dua sumber. Yang pertama SPAM Jatiluhur dan kedua SPAM Bendungan Karian, Lebak, Banten, yang kini masih dalam penyelesaian. Semuanya dalam skema bisnis dan kontraknya sudah diteken.
Skema itu kini telah bergulir. Pembangunan kedua SPAM itu telah dimulai. Mengutip rilis berita dari Kementerian PUPR edisi awal Maret 2022. Menteri Basuki Hadimuljono menjanjikan bahwa SPAM Regional Jatiluhur itu mampu menyediakan pasokan air minum sebesar 4.750 liter/detik, yang akan didistribusikan kepada 380.000 sambungan rumah (SR) atau sekitar 1,9 juta jiwa. Tak semuanya di Jakarta. Sebagian akan didistribusikan ke Bekasi dan Karawang.
Leave a Reply