

Kejadian 11:6 (TB) dan Ia berfirman: “Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; *mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana* .”
Saat ini gereja-gereja dan lembaga Kristen tengah memasuki era disruptif teknologi yang konon membuat mesin Google was-was dan ikut membuatnya.
Pasalnya, telah muncul produk teknologi ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI sebuah laboratorium penelitian kecerdasan buatan yang berpusat di Ohio, Amerika Serikat.
ChatGPT (Chat Generative Pre-trained Transformer), secara harafiah berarti Transformer Generatif Chat Terlatih berupa chatbot AI berupa bahasa generatif yang menggunakan teknologi transformer untuk menganalisa probalitas kalimat dan kata berikutnya ke dalam suatu percakapan atau perintah teks
ChatGPT memiliki suatu kemampuan besar dan terintegrasi ke Microsoft ke mesin pencari Bing.
Hal ini disebut mengancam mesin Google menjadi barang rongsokkan.
Secara umum ChatGPT dirancang untuk menjawab pertanyaan dan mampu menjawab dalam susunan kalimat yang akurat, dan saya meyakini kelak akan mampu mengunggah hal-hal yang bersumber dari Alkitab serta pergumulan umat Kristen.
Mengapa? Karena ChatGPT adalah model berskala besar yang dilatih untuk menghasilkan teks mirip manusia, dimana fiturnya dapat disesuaikan dengan berbagai tugas, seperti menjawab pertanyaan atau menerjemahkan dan meringkas teks.
ChatGPT dikenal dengan kemampuannya menghasilkan teks yang koheren, relevan dan kontekstual, tetapi juga rentan menghasilkan teks yang bias dan tidak masuk akal.
ChatGPT dapat menjawab pertanyaan yang spesifik, dan bukan sekedar memberi informasi, ia dapat memberi jawaban mendalam serta relevan.
ChatGPT dapat disebut “asisstant knowlegde”, dan hal ini berbeda dengan mesin Google yang hanya berbasis “kata kunci” yang memandu kepada website atau laman khusus yang sesuai kata kunci tersebut.
Apa dampak yang dialami gereja dan lembaga Kristen dengan adanya ChatGPT?
Gereja akan fakta warga gereja akan mencari solusi dari persoalannya melalui ChatGPT, mesin yang menganalisa masalah yang sedang dihadapi bukan hanya masalah kehidupan, bisnis dan pekerjaan belaka, tetapi masalah-masalah yang menyangkut ketuhanan, iman dan teologi.
Apakah gereja telah siap? Apa yang akan terjadi jika umat Kristen akan mencari jawaban dari masalahnya bukan lagi di Alkitab dan gereja?
Apakah khotbah-khotbah di gereja dan para konselor Kristen masih dibutuhkan …. ?
bersambung
Salam Injili
Pdt. DR. Ronny Mandang, MTh.
Ketum PGLII – Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia
Leave a Reply