“Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, — karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud –” Lukas 2:4
Jika membaca Alkitab bagaimana Yesus dilahirkan di Betlehem, kebanyakan kita berpikir tokh Yesus benar-benar telah lahir di Betlehem.
Tetapi teks Lukas 2 menjelaskan, meski karena alasan pendaftaran, sensus, ada pergerakkan perjalanan Yusuf dan Maria yang sedang hamil, dari Nazaret ke Betlehem dan tentu harus melewati sungai serta pegunungan Yudea.
Jarak antara Nazaret ke Betlehem di peta modern, kira-kira 156 km jika melewati jalan beraspal.
Dan ini bukan perjalanan wisata bagi Maria yang sedang hamil.
Para penafsir memiliki persamaan, bahwa Yusuf dan Maria untuk melaksanakan pendaftaran di kota masing-masing, menggunakan hewan keledai.
Perjalanan itu, melewati wilayah-wilayah sepi, medan yang berat, keledai yang harus dibujuk agar terus berjalan, lapar, malam kedinginan dan siang tentu sangat terik.
Belum lagi tidak mudah bagi Maria yang hamil terus menerus tergoncang dalam perjalanan, kadang muncul rasa mual lazimnya wanita hamil. Dan semua itu dilaksanakan dengan berjalan kaki. Adakalanya Maria tak tega yang melihat Yusuf yang sabar menuntun keledai, adakalanya Yusuf iba melihat Maria yang terus terayun-ayun di keledai penuh keringat.
Berlebihankah gambaran ini? Tidak juga, meski Yusuf dan Maria diiringi banyak pembatu dengan tenaga yang kuat! Ini bukan perjalanan singkat, tetapi karena harus ikuti pendaftaran, perjalanan ini harus mencapai target dan waktu pendaftaran.
Ya, upaya Yusuf dan Maria berhasil, mereka sampai di Betlehem namun rumah penginapan penuh, dan itulah waktunya Maria bersalin. Apa yang kita temukan? Daya juang Yusuf dan Maria menghadirkan Yesus yang telah dinubuatkan Allah bukan hal yang gampang dan singkat.
Nah bagaimana dengan kita hari ini yang terus mengkhotbahkan kelahiran Yesus, apakah juga memberitakan adanya daya juang dari Yusuf dan Maria menghadirkan Yesus Sang Juruselamat dunia?
Bagaimana dengan tugas dan panggilan kita yang harus beritakan Injil?
Adakah di dalamnya terdapat daya juang?
Kekristenan bukan darmawisata atau relaksasi tetapi daya juang.
Menggali firman Tuhan, berdoa, beribadah, bersaksi atau beritakan Injil meski menyebut diri dipenuhi Roh Kudus, namun jika tidak memunculkan daya juang, masih perlu dipertanyakan lagi.
Menghadirkan atau menyaksikan Yesus di ruang-ruang publik harus membersitkan daya juang.
Salam Injili
Pdt. DR. Ronny Mandang, MTh.
Ketum PGLII – Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia
Leave a Reply