Dengan aplikasi khusus, presiden kini bisa memantau belanja barang dan jasa pada kementerian, pemda, dan BUMN. Target presiden, 40 persen belanja untuk produk dalam negeri.
Jakarta, legacynews.id – Tidak sering, tapi sekali tempo Presiden Joko Widodo juga bisa begitu saja meluapkan perasaannya di depan publik. Situasi emosional itu bergulir saat Presiden Jokowi menyampaikan kata sambutan dalam acara Afirmasi Bangga Buatan Produk Indonesia, yang digelar Hotel Grand Hyatt, di Kawasan Nusa Dua, Bali, Jumat (25/3/2022).
Di hadapan para menteri, gubernur, bupati, wali kota, serta jajaran eksekutif BUMN, dengan suara tinggi, Presiden Jokowi menyayangkan rendahnya belanja pemerintah untuk produk dalam negeri. Padahal jika belanja kementerian, pemerintah daerah (pemda), dan BUMN itu digunakan untuk membeli produk lokal, dampaknya bisa mengungkit pertumbuhan ekonomi 2 persen lebih tinggi dan itu bisa berarti menyerap 2 juta tenaga kerja lebih banyak.
‘’Pensil, kertas, saya cek, impor. Pulpen, impor. Apa ini? Kadang saya mikir, ini kita ngerti nggak sih? Jangan-jangan kita nggak kerja detail, sehingga nggak mengerti bahwa yang dibeli itu semua impor,” ujar Presiden Jokowi, dengan wajah mengerenyit. Beberapa produk impor lain yang disoroti Jokowi yakni perkakas CCTV, seragam polisi, hingga sepatu tentara, yang semua sudah diproduksi di dalam negeri.
Ancaman Global
Sejak mengawali sambutannya, Presiden Jokowi telah menekankan betapa Indonesia, seperti negara lain di dunia, menghadapi kesulitan ekonomi, baik karena pandemi Covid-19, disrupsi teknologi, dan yang terakhir akibat perang di Ukraina. Situasi berkembang menjadi serba tidak pasti. Semua negara, kata Presiden Jokowi, pusing kepala.
‘’Dalam dua minggu ini, saya mendapatkan telepon beberapa kepala negara, kepala pemerintahan. Kemarin Presiden Macron menelepon, sebelumnya Presiden Xi Jinping telepon, sebelumnya lagi ada Perdana Menteri Justin Trudeau, dan Kanselir Olaf Scholz, kanselir yang baru dari Jerman. Semuanya sama, bingung menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita alami bersama,’’ kata Presiden Jokowi.
Harga minyak bumi melambung tinggi, dari USD50–60 per barel menjadi USD118 . Di negara yang tak memberikan subsidi, harga BBM di pasar naik dua kali lipat. “Bayangkan, kita naik 10 persen saja, demonya tiga bulan. Ini naik dua kali lipat,’’ kata Presiden.
Harga gas naik, harga bahan pangan pun naik, termasuk kedelai dan gandum. Itu karena, negara utama pemasok gandum di dunia, antara lain, Ukraina dan Rusia, kini berperang.
Leave a Reply